Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan Indonesia memiliki fundamental yang kuat. Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat jadi pembicara dalam "Investor Update 2018 Forum di London, Inggris pada Senin 23 Juli 2018.
"Tekanan pada pasar keuangan yang terjadi akhir-akhir ini hanya merupakan fenomena temporer sebagai akibat dari rebalancing portofolio dari global investor dan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok," ujar Wimboh dalam keterangan tertulis yang disampaikan dalam laman OJK, seperti ditulis Rabu (25/7/2018).
Ia menuturkan, OJK bersama dengan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah telah berkoordinasi untuk mengambil berbagai kebijakan dalam koridor kewenangan masing-masing untuk tetap memanfaatkan momentum pertumbuhan dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Advertisement
Baca Juga
Pada forum itu, industri keuangan yang berbasis di Britania Raya juga memiliki keyakinan yang sama Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang baik dan akan mampu menghadapi gejolak di pasar keuangan yang bersifat jangka pendek ini.
Pada kesempatan itu, Wimboh Santoso juga menyampaikan agenda prioritas Otoritas Jasa Keuangan dalam mendukung program strategis Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di berbagai daerah dengan berbagai inisiatif pengembangan di pasar modal.
"Pembangunan infrastruktur menjadi agenda prioritas utama bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran, meningkatkan konektivitas, dan memicu kegiatan ekonomi di daerah sekitarnya," kata Wimboh.
Pemerintah Indonesia juga terus menerapkan reformasi struktural dengan mengalihkan subsidi bahan bakar ke pembangunan infrastruktur dan program jaminan sosial.
Wimboh menuturkan, untuk mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur ini, pengembangan pasar modal menjadi penting sebagai penyedia alternatif pembiayaan jangka panjang.
Â
Ajak Investor Britania Raya Investasi di Indonesia
Selain itu, beberapa alternatif program pembiayaan yang didorong OJK di antaranya adalah:
1. Mengembangkan variabilitas instrumen pembiayaan pasar modal seperti sekuritisasi, obligasi perpetual, greenbonds, obligasi daerah, dan blended finance.
2. Menyederhanakan proses penerbitan di pasar modal dan menerapkan beberapa kebijakan yang mendukung seperti pengembangan instrumen dan pasar hedging dan juga berkoordinasi dengan Kementrian Keuangan terkait Insentif Pajak bagi produk pasar modal.
3. Memperluas basis investor domestik.
4. Memperkuat peran Lembaga Keuangan Non Bank dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur termasuk di dalamnya melalui pasar modal.
Wimboh Santoso juga mengundang Investor di Britania Raya untuk lebih dekat dengan Indonesia, karena Indonesia memiliki banyak outlet bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia dengan fundamental ekonomi yang solid, keuantungan yang lebih baik dan risiko yang terkendali.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement