Sukses

BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen pada 2018

BI menyebutkan realisasi pertumbuhan ekonomi didorong kebijakan fiskal, konsumsi rumah tangga, dan investasi yang meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku optimistis, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2018 akan berada di kisaran 5,2 persen. 

Dia menuturkan, angka ini lebih baik dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2017 yang hanya mampu sekitar 5,07 persen.

"Prediksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun ini sekitar 5,2 persen. Memang agak naik tapi naiknya agak lambat," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, seperti ditulis Kamis 26 Juli 2018.

Perry mengungkapkan, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut juga didorong beberapa faktor. Yakni melalui kebijakan fiskal, tingkat konsumsi rumah tangga, juga investasi di Indonesia yang terus meningkat. "Tidak hanya infrastruktur, sekarang juga investasi di bidang-bidang lain naik," kata dia. 

Meski demikian, yang menjadi persoalan adalah kinerja ekspor saat ini tidak diimbangi dengan kenaikan impor. "Ekspornya sudah cukup naik, bagus, tapi memang impornya juga naiknya kencang, sehingga dari sisi eksternalnya sumbangan secara netonya agak lebih rendah," ujar dia. 

Akan tetapi, lanjut Perry apabila dilihat dari beberapa daerah antara lain di Sumatera, Kalimantan, dan kawasan timur Indonesia peningkatan dari sisi ekspor sudah menunjukan cukup baik. Ini ditunjukan dari ekspor komoditas daerah tersebut terus meningkat.

Sementara itu, dirinya juga meyakini realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tercapai di angka tersebut. Mengingat Bank Indonesia (BI) juga menargetkan inflasi berada di level tiga persen.

"Dari sisi inflasi sangat rendah alhamdulillah 3,3 persen. Akhir tahun ini kemungkinan 3,5 persen. Masih cukup rendah InsyaAllah bisa terjangkau," ujar dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

RI Butuh Strategi Jitu Bikin Pertumbuhan Ekonomi Merata

Sebelumnya,  Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengaku pemerintah tengah menjalankan konsep pertumbuhan ekonomi yang berbasis pemerataan. Terlebih luas wilayah Indonesia cukup luas dan terdiri dari berbagai pulau.

Bambang menuturkan, sudah seharusnya pemikiran pembangunan berubah. Jika pemerataan ingin dijamin lebih baik, sejak awal perlu direncanakan strategi pemerataan sudah harus menjadi target pembangunan. 

Oleh karena itu, menurut dia, jangan sampai kegiatan pembangunan yang beriorientasi pada pertumbuhan malah membuat pemerataan semakin memburuk sehingga membuat persoalan kembali.

"Oleh karena itu, agar kita tidak terlalu banyak membuang-buang energi mengatasi kesenjangan wilayah akibat pembangunan yang terlalu fokus pada pertumbuhan, sebaiknya aspek pemerataan sudah harus menjadi mainstream pembangunan. Tidak lagi hanya sekadar efek samping pembangunan,"  ujar Bambang dalam keterangan tertulis, Selasa 17 Juli 2018.

Bambang menambahkan, saat ini, pembangunan sosial dan ekonomi yang tidak merata antarwilayah merupakan salah satu tantangan utama pembangunan Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi selama dua dekade terakhir masih terkonsentrasi di pulau Jawa, yang berkontribusi sekitar 58 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Di sisi lain, pembangunan sosial dan ekonomi di luar pulau Jawa, khususnya bagian timur Indonesia mengalami ketertinggalan (seperti tingkat kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia/IPM) meskipun daerah tersebut kaya sumber daya alam. 

Dengan kesenjangan antarwilayah di Indonesia yang bersifat kompleks dan multisektoral, berbagai upaya untuk mengatasinya, dinilai masih perlu ditingkatkan lagi. 

Dari berbagai program pemerintah yang sudah berjalan, menurut Bambang terdapat beberapa kemajuan, di antaranya rasio ketimpangan Indonesia yang terus membaik. 

"Rasio ketimpangan atau yang dikenal dengan rasio gini Indonesia terus mengalami perbaikan sejak 2014," ujar dia.

Pada 2017, rasio gini Indonesia tercatat 0,391 dan pemerintah menargetkan untuk menurunkannya sampai 0,380 pada 2018.

Ditambah lagi, dalam kurun waktu tiga tahun, tingkat kemiskinan Indonesia menurun menjadi 10,12 persen pada 2017 dari 10,96 persen pada 2014. Indeks pembangunan manusia juga meningkat menjadi 70.81 persen pada 2017 dari 70,18 dari tahun sebelumnya.    

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â