Sukses

Suku Bunga Acuan Naik, BNI Syariah Tak Revisi Target Kinerja

PT BNI Syariah tidak akan revisi target kinerja perseroan meski suku bunga acuan naik.

Liputan6.com, Jakarta - PT BNI Syariah tidak akan revisi target kinerja perseroan usai Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate 5,25 persen.

Direktur Utama PT BNI Syariah, Abdullah Firman mengatakan tidak revisi target kinerja bisnis lantaran kenaikan suku bunga acuan tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja.

"Kami sudah melakukan stress test, apabila BI sampai menaikkan suku bunga acuan sebesar 6,5 persen, dampaknya tidak begitu signifikan terhadap kinerja Perseroan," tutur dia di Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Firman optimistis dapat mencapai target. BNI Syariah menargetkan laba bersih Rp 400 miliar dan target penyaluran pembiayaan Rp 27 triliun pada 2018.

"Rasa-rasanya kita optimis pada apa yang kita targetkan. Kita sudah melakukan beberapa simulasi dan sepertinya kita bakal bisa untuk capai target," ujar dia.

SEVP Finance and Operation PT BNI Syariah, Wahyu Avianto mengatakan, kenaikan suku bunga acuan dapat pengaruhi kualitas pembiayaan. Akan tetapi, kenaikan suku bunga belum berdampak signifikan terhadap kinerja.

"Ini tentu mempengaruhi kualitas pembiayaan kita, yang kemudian aksesnya ke permodalan, namun kita sudah lakukan simulasi, meskipun suku bunga acuan naik 5,25 menjadi 6,5 persen, tak akan berpengaruh besar terhadap pembiayaan perseroan. Pasalnya, pembiayaan yang dilakukan bersifat murabaha yang sifatnya tetap atau fixed," ujar dia.

Selanjutnya, Wahyu menambahkan, suku bunga acuan BI dampaknya terbilang kecil terhadap tingkat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/car).

"Dampaknya enggak signifikan, cuma 0,1 persen terhadap CAR. Dengan simulai kenaikan nilai tukar sampai Rp 20 ribu, suku bunga acuan 6,5 persen, CAR kita itu hanya turun 0,1 persen," ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

BNI Syariah Torehkan Kenaikan Laba 23 Persen pada Semester I 2018

Sebelumnya, PT BNI Syariah anak usaha dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) membukukan laba Rp 202,9 miliar pada semester I 2018. Laba tersebut naik 23 persen dibandingkan periode yang sama 2017 yang tercatat Rp 165,1 miliar.

Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan, kenaikan laba didorong oleh ekspansi pembiayaan, peningkatan fee based serta rasio dana murah yang optimal.

"Dari sisi bisnis, Perseroan telah menyalurkan pembiayaan Rp 25,1 triliun atau naik 11,4 persen dengan kontribusi pertumbuhan pembiayaan pada segmen komersial 22,0 persen. Kemudian diikuti Hasanah Card 14,6 persen, SME 12,3 persen, konsumer 7,8 persen, dan mikro 2,9 persen," tuturnya di Gedung BNI Syariah, Jakarta Selatan, Kamis 26 Juli 2018.

Dalam menyalurkan pembiayaan, pada Juni 2018, rasio Non Performing Financing (NPF) BNI Syariah tercatat sebesar 3,04 persen, di bawah rata-rata industri yang mencapai 4,06 persen.

"Selain pembiayaan, dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 32,4 triliun atau naik 21,5 persen. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 16,5 persen dengan jumlah nasabah sekitar 2,6 juta. Komposisi DPK didominasi dana murah (giro dan tabungan) yang mencapai 52,8 persen," kata dia.

Firman menekankan, Perseroan akan terus berupaya bertransformasi di era digitalisasi saat ini.

"Keberadaan BNI Syariah masih tergolong muda di usianya yang menapaki usia ke-8 setelah spin offdari BNI. Dalam menjawab kebutuhan nasabah di era digital, Perseroan akan terus bergerak mengikuti perkembangan zaman," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â