Liputan6.com, Jakarta Mass Rapid Transit (MRT Jakarta) ditargetkan beroperasi secara komersial pada akhir Maret 2019. Tarif tiket transportasi massal ini sekitar Rp 8.500 per 10 km.
Tak harus tunai, pengguna MRT memiliki opsi pembayaran pembelian tiket MRT. Mulai dari uang elektronik (e-money) atau membeli tiket melalui aplikasi mobile.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono menyampaikan, besaran tarif tersebut ditetapkan setelah pihaknya mengadakan survei berdasarkan acuan kemauan membayar (willingness to pay) masyarakat.
"Kita mengusulkan besaran tarif berdasarkan willingness to pay, besarannya Rp 8.500 per 10 km. Yang kami usulkan itu adalah yang berbasis jarak, supaya atraktif untuk pengguna jarak dekat, dan bisa membuat orang beralih menggunakan angkutan umum," papar dia di kantornya, Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Baca Juga
Dengan penetapan tarif berbasis jarak tersebut, dia menghitung, sebanyak 65,5 persen pengguna jalan dapat beralih memakai transportasi publik dan 20 persen bersedia membayar lebih.
Dia juga berharap, ongkos Rp 8.500 per 10 km itu mampu menarik sekitar 130 ribu penumpang setiap harinya.
Terkait bentuk pembayaran, Agung menyebutkan, tersedia pilihan dalam bentuk tiket MRT e-money maupun pembelian secara QR Code lewat mobile application.
Dia mengakuk jika tiket MRT e-money sedang dalam proses perizinan ke Bank Indonesia.
"Nanti akan ada tiket MRT, itu masih ada proses perizinan yang perlu ditempuh untuk bisa digunakan karena masuknya sebagai uang elektronik. Diharapkan bulan Agustus nanti akan tersedia," jelasnya.
Selain tiket MRT, dia mengaku pihaknya sedang menginisiasi pemakaian uang elektronik milik perbankan, untuk dapat dipakai sebagai alat pembayaran tiket seperti di moda angkutan Trans Jakarta.
"Kita lagi siapkan central clearing house system. Nantinya ini pada waktu beroperasi orang bisa pakai kartu bank. Paling tidak ada empat bank yang paling banyak dipakai, Bank BUMN dan Bank BCA. Kita juga akan upayakan untuk bank lain seperti Bank DKI dan lain-lain," Agung menuturkan.
Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandara turut menyampaikan, bahwa aplikasi mobile yang diluncurkan dapat melayani pengguna untuk membeli tiket lewat rujukan QR Code.
"Tapi enggak cuman ada itu saja. Nanti mobile apps juga akan memungkinkan adanya informasi integrasi antar moda, seperti pemberian informasi dari rumah ke stasiun mau pakai apa. Selain itu juga ada jadwal MRT, termasuk untuk belanja di ritel-ritel yang ada di stasiun," ujar dia.
2 dari 2 halaman
Begini Perkembangan Terbaru Proyek MRT Jakarta
Perkembangan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase I Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) telah mencapai 95,33 persen.
"Progress terakhir itu 95,33 persen. Ini hot from the oven, angka per 25 Juli. Laporannya didapat tadi pagi sekitar jam 10. Jadi laporan per bulannya itu selalu keluar tiap tanggal 25," ungkap Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandara di kantornya, Jakarta, Kamis (26/7/2018).
William menjelaskan, angka 95,33 persen itu terdiri dari 93,41 persen merupakan perkembangan pembangunan depo dan elevated section cp 101 cp 103. Kemudian 97,26 persen untuk perkembangan pengerjaan bawah tanah (underground).
Dia mengatakan, MRT Jakarta direncanakan mulai beroperasi secara komersial pada akhir Maret 2019.
"Jadi ini (progress proyek) on track, untuk memastikan pengerjaan-pengerjaan ke depan berjalan lancar. Kita punya 218 hari menuju 1 Maret (2019)," ucap dia.
Lebih lanjut, dia menyebutkan beberapa milestone penting dalam pembangunan proyek MRT Jakarta ke depan. Seperti pada 9 Agustus 2018 nanti, akan dimulai tes integrasi persinyalan di jalur utama menggunakan kereta pertama.
Kemudian rencananya pada 10 September 2018, akan dimulai tes uji pergerakan kereta di jalur utama. Sementara pada 12 November 2018 akan diterapkan uji coba sistem integrasi.
"Untuk 8 Desember (2018) nanti kita akan uji coba kereta kedua sampai ke-16 di jalur utama. Baru pada 15 Februari 2019 akan full trial run," tutur William.
Advertisement