Sukses

Meski Turun, Harga Telur Masih Mahal

Meski sudah turun, tapi menurut pembeli harga telur masih belum normal.

Liputan6.com, Tangerang Setelah dua pekan terakhir harga telur ayam mencetak rekor sampai menyentuh Rp 30 ribu per kilogram (kg), akhirnya Pemerintah mulai turun tangan untuk menekan harga lewat operasi pasar. Perlahan, harga telur mulai menurun.

Menurut pantauan Liputan6.com di Pasar Bengkok, Tangerang, harga telur sudah turun bahkan ke angka Rp 25 ribu per kg di agen. Sementara, harga di pasar ada di kisaran Rp 26 ribu per kg.

"Telur Rp 26 ribu. Ayam kampung, Rp 2.500 per butir. Telur puyuh Rp 34 ribu, telur asing 3.500," jelas Maulana (20) pada Minggu (29/7/2018).

Maulana menyebut harga memang sudah turun dibandingkan sebelumnya. Ketika ditanya sejak kapan harga telur mulai turun, ia menjawab itu sudah berlangsung dari awal pekan ini. Harga per kilogram pun sempat turun sampai Rp 25 ribu.

"Dari awal minggu. Senin kemarin sampai Rp 25 ribu," jelasnya.

Walaupun harga sudah terus menerus setelah kenaikan usai lebaran, pihak pembeli masih mengeluhkan jumlah yang terbilang tinggi. Salah satunya Saidah (38) yang mengatakan harga telur masih mahal dan belum normal.

"Biasanya normalnya Rp 22 ribu. Rp 25 ribu termasuk mahal," ungkapnya.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mengadakan operasi pasar pada pertengahan Juli lalu dengan mempers Target mereka adalah menekan harga telur sampai Rp 22 ribu per kg.

2 dari 2 halaman

Diminta Jelaskan Lonjakan Harga Telur, Komisi IV DPR akan Panggil Mentan

Komisi IV DPR RI berencana memanggil Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman guna meminta penjelasan terkait gejolak harga telur yang terjadi belakangan ini.

Anggota Komisi IV DPR Zainut Tauhid Saadi mengatakan, selama ini Kementerian Pertanian (Kementan) kerap menyuguhkan data yang tak konkrit dengan kondisi riil di lapangan. Salah satunya terkait telur dan daging ayam yang harganya kini melambung di pasar.

"Kementan sering mengatakan barang-barangnya ada dan cukup, namun faktanya harga di masyarakat tinggi. Ini kan berarti ada masalah," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 27 Juli 2018.

Komisi IV DPR, lanjut dia, membutuhkan penjelasan yang konkret dari Kementan terkait persoalan ini. Namun yang terpenting dilakukan Kementan saat ini adalah segera mungkin mencari solusi mengatasi masalah ini.

"Jika mereka (Kementan) tidak siap, impor menjadi pilihan terakhir. Akan tetapi, jika memang nantinya harus impor, imbasnya pasti akan merugikan para peternak. Kementan harus bertanggung jawab, memberikan data yang sebenarnya untuk kepastian apakah barang (telur dan daging ayam) itu ada atau tidak," jelas dia.

Di samping itu, Zainut mengingatkan Satuan Tugas (Satgas) Pangan harus bekerja efektif memastikan realitas kondisi di lapangan dan cepat mengambil tindakan jika diperlukan.

"Hasil dari temuan yang dilakukan Satgas itu juga sejatinya harus dipublikasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat juga tahu di mana letak sumbatannya," ungkap dia.

Wakil Ketua Komisi IV Viva Yoga Mauladi menyatakan pihaknya akan memanggil Kementan untuk meminta penjelasan tak hanya soal harga telur dan daging ayam yang tengah melambung tinggi, namun terkait isu pangan nasional.

"Penjelasan Kementan, sangat diperlukan karena bertujuan untuk kebaikan kinerja kementerian itu sendiri, termasuk lemahnya koordinasi dengan kementerian-kementerian terkait seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian," jelas dia.