Sukses

Aturan B20 untuk Sektor Nonsubsidi Keluar Agustus 2018

Pemerintah akan memperluas penerapan B20 atau biodisel dengan pencampuran minyak solar dengan minyak sawit 20 persen untuk sektor nonsubsidi.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus merampungkan rencana perluasan penerapan B20 atau biodisel dengan pencampuran minyak solar dengan minyak sawit 20 persen untuk sektor nonsubsidi atau non-public service obligation (PSO).

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa penerapan B20 sudah harus segera dilakukan. Sebab, B20 ini bertujuan untuk menekan kebutuhan impor dan peningkatan harga kelapa sawit.

"Semua non-PSO juga kena diterapkan B20. Ini kan sudah hasil rapat ratas kemarin," kata Airlangga saat ditemui di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (30/7/2018).

Terkait peraturan presiden (perpres) sendiri, dikatakan Airlangga, akan keluar pada awal Agustus. "Perpresnya itu sedang disiapkan jadi mudah-mudahan Agustus sudah bisa," imbuhnya.

Airlangga mengatakan dengan penerapan B20 maka negara mampu menghemat pengeluaran sekitar USD 5,6 miliar per tahun. Sementara itu, per hari Indonesia dapat menghemat USD 21 juta.

Di tempat yang sama, Plt Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, beberapa user atau pelanggan sendiri sudah siap untuk menggunakan B20.

"Kalau kita (Pertamina) sudah siap. Jadi nanti kalau gak salah tanggal 2 itu ada rapat, dari situ ada keputusan kapan akan dimulai, tapi tidak akan lama setelah itu, siminggu atau dua minggu," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber" Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

RI Hemat Devisa USD 5,5 Miliar

Sebelumnya, Pemerintah terus merampungkan rencana perluasan penerapan B20 (biodisel dengan pencampuran minyak solar dan minyak sawit 20 persen) untuk public service obligation (PSO) dan non-PSO.

Penerapan ini salah satunya bertujuan untuk menekan kebutuhan impor dan peningkatan harga kelapa sawit. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Bidang Perekonomian), Darmin Nasution mengatakan, penerapan B20 dapat berdampak pada penghematan devisa negara sekitar USD 5,5 miliar per tahun. Dengan asumsi, Indonesia menggunakan B20 secara penuh pada PSO dan non-PSO. 

"Dengan melaksanakan B20 untuk PSO dan non PSO paling tidak ada dua dampak positifnya. Satu penghematan devisa. Kalau sudah full B20 nya mudah-mudahan dalam waktu enggak lama beberapa bulan kita bisa mencapainya. Itu setahun bisa menghemat USD 5,5 miliar," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat (20/7/2018). 

Dengan penghematan USD 5,5 miliar, secara harian Indonesia dapat menghemat USD 21 juta per hari. "Berarti sehari, hari kerja ya 260 hari dalam setahun. Berarti sehari USD 21 juta itu penghematannya. Penghematan bukan keuntungan," ujar dia. 

Penghematan ini dapat dilakukan karena penerapan B20 akan mengombinasikan penggunaan solar dan minyak sawit. Dengan begitu, ketergantungan Indonesia terhadap impor dapat ditekan. "Artinya kita tidak pakai valas lagi, kerena diisi oleh biodieselnya," kata Darmin. 

Darmin mengatakan, penerapan biodisel ini sebenarnya sudah dilakukan pada PSO. Namun, dalam perjalanannya masih tergolong lambat karena hanya digunakan oleh beberapa sektor. Oleh karena itu, pemerintah akan terus mendorong agar penerapan B20 dapat diperluas. 

"Jadi biodiesel itu sebetulnya pemerintah itu punya peraturan pemerintah nomornya 61, yang mengatur kewajiban atau mandatori menggunakan B20. Selama ini yang berjalan itu adalah itu ada dua kelompok besar PSO dan non-PSO. Yang jalan itu PSO walaupun kurang optimal juga," ujar dia.