Sukses

YLKI: Kenaikan Harga Telur dan Ayam Tidak Normal

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) khawatir dengan harga telur dan ayam yang terlampau tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah telah gagal mengendalikan harga telur dan ayam yang kini terus melambung di atas harga normal. Oleh karena itu, YLKI menyarankan pemerintah melacak keterjangkauan kedua komoditas itu di tengah masyarakat.

Sekretaris YLKI Agus Suyatno mengaku khawatir dengan harga telur dan ayam yang terlampau tinggi. Sebab, menurut dia, keduanya merupakan sumber gizi utama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.

"Kenaikan harga ini jadi kegagalan pemerintah dalam mengontrol ketersediaan pangan. Masyarakat khawatir, sebab telur dan daging ayam selama ini jadi sumber gizi masyarakat menengah ke bawah," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (30/7/2018).

Dia berpendapat, kasus ini harus segera dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pemerintah. Jika hal ini terus dibiarkan, ia mengaku takut dampaknya akan melebar ke berbagai produk olahan lain.

"Telur dan ayam ini kan tidak hanya untuk konsumsi, tapi juga jadi bahan dasar produk olahan lain. Kenaikan harga ini otomatis bakal mempengaruhi produk-produk dan kegiatan usaha lain, seperti pembuatan kue," urainya.

Selain itu, ia menyebutkan, lonjakan harga telur dan ayam juga turut memberi kontribusi terhadap angka inflasi negara yang sebesar 0,25 persen. Ia menyebut, itu sudah di luar ambang batas normal lantaran peninggian harga terjadi di luar event-event tertentu, seperti hari raya.

 

2 dari 2 halaman

Intervensi Pasar

Lebih lanjut, Agus mengimbau pemerintah untuk segera melakukan intervensi harga yang tidak hanya sebatas operasi pasar biasa. Dia pun menyatakan, pemerintah RI dapat bercermin kepada pemerintah Malaysia yang dianggapnya berhasil menyeimbangkan nilai jual lewat kebijakan intervensi harga.

"Operasi pasar boleh, tapi ini sudah kurang efektif. Soalnya pemerintah saat ini terlalu melihat faktor target penjualannya, bukan apakah telur dan ayam sudah berhasil dijangkau oleh seluruh masyarakat," ucap dia.

"Idealnya, operasi pasar ada standar penilaian ini. Jadi, memastikan apakah telur dan ayam sudah bisa dijangkau oleh masyarakat, utamanya yang menengah ke bawah," Agus menambahkan. 

Video Terkini