Sukses

Krakatau Steel Cetak Laba USD 9,34 Juta di Semester I

Kenaikan itu ditopang peningkatan volume penjualan sebesar 24,44 persen menjadi 1.046.661 ton

Liputan6.com, Jakarta -  PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencetak kenaikan pendapatan bersih sebesar 34,75 persen (year on year/yoy) menjadi USD 854,27 juta sepanjang semester I 2018. Kenaikan itu ditopang peningkatan volume penjualan sebesar 24,44 persen menjadi 1.046.661 ton.

Di semester ini juga Krakatau Steel membukukan peningkatan laba operasi sebesar 110,19 persen menjadi USD 9,34 juta.

“Salah satu faktor yang mendukung peningkatan pendapatan di Semester I/2018 ini adalah adanya peningkatan harga jual dari produk baja HRC (Hot Rolled Coil),” jelas Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Mas Wigrantoro Roes Setiyadi dalam keterangan tertulis, Senin (30/7/2018).
 
Ia menjelaskan, harga jual HRC meningkat dari USD 640-680 per ton di Triwulan I menjadi USD 740 per ton di awal Juni 2018. Harga jual rata-rata HRC meningkat 12,52 persen (yoy) menjadi USD 660 per ton dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar USD 587 per ton.
 
“Penjualan produk tertinggi pada semester ini adalah HRC, peringkat kedua adalah CRC (Cold Rolled Coil) dan peringkat ketiga adalah long product. Produk HRC mengalami peningkatan volume penjualan 47,1 persen dengan total penjualan sebesar 576.652 ton, CRC meningkat 9,71 persen sejumlah 288.608 ton, dan long product sebesar 4,27 persen dengan total penjualan 141.824 ton,” tambah Mas Wigrantoro.
2 dari 2 halaman

Gempuran impor

Sementara Direktur Pemasaran Purwono Widodo mengatakan, bahwa Perseroan terus memacu volume penjualan di tengah gempuran impor produk baja dan unfair trade yang sedang perseroan hadapi saat ini.

“Di Triwulan I/2018 telah terjadi peningkatan volume impor baja paduan dari China sebesar 59 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan impor tersebut hanya terjadi pada Indonesia sementara pada negara ASEAN lainnya hal tersebut tidak terjadi. Impor baja paduan RRT di negara ASEAN-6 mengalami penurunan volume impor yang cukup signifikan karena saat ini RRT melakukan pemangkasan kapasitas produksi,” tegas Purwono.

Penyalahgunaan kategori pos tarif baja paduan, praktek circumvention yang dilakukan oleh eksportir China, dan kebijakan pemerintah untuk menghapus ketentuan Pertimbangan Teknis melalui Permendag 22/2018 sangat berdampak pada industri baja dalam negeri.

“Kami harap pemerintah dapat mempertimbangkan kembali permendag tersebut dan mendukung industri baja domestik,” ujar Purwono.

Perseroan mulai memperkuat kembali sistem distribusi produk dengan menambah distributor atau agen penjualan. Perseroan juga terus meningkatkan Long Term Supply Agreement (LTSA) dan menggencarkan sinergi BUMN untuk proyek-proyek strategis.

Belum lama ini pada 23 Juli 2018 Perseroan kembali memperpanjang kontrak kerja sama LTSA dengan PT Fumira untuk jangka waktu 2 tahun ke depan. Penguatan program pemasaran dengan Krakatau Steel Group juga menjadi strategi lainnya yang saat ini dilakukan untuk terus memacu kinerja sehingga tercipta pertumbuhan revenue yang menyeluruh dari anak perusahaan hingga induk usaha Krakatau Steel.

Data dari World Steel Dynamics (Mei 2018) menyebutkan produksi baja global akan naik 11 persen hingga 1,85 miliar ton di Juni 2018 dan permintaan akan produk baja terus mengalami peningkatan maksimal 5 persen yoy. Harga baja domestik pun akan mengikuti fluktuasi dari harga baja global yang diperkirakan akan terus mengalami tren kenaikan mengikuti kenaikan harga baja di China hingga Oktober nanti.

Untuk perkembangan proyek strategis, saat ini progress fisik pembangunan Pabrik Baja Canai Panas #2 (Hot Strip Mill / HSM #2) telah mencapai 76,23 persen per tanggal 30 Mei 2018. HSM #2 ini akan menambah kapastias produksi HRC Perseroan sebesar 1,5 juta ton per tahun dan akan mulai beroperasi pada Triwulan III 2019.

Pada sisi anak perusahaan, pembangunan Bendung Cipasauran milik PT Krakatau Tirta Industri telah selesai yang akan menambah pasokan air baku sebesar 750 liter per detik, sehingga kapasitas suplai air industri dari fasilitas Water Treatment Plant (WTP) milik PT KTI dapat ditingkatkan dari 1.800 liter per detik menjadi 2.400 liter per detik.