Sukses

Malaysia Geser Tiongkok Jadi Penyumbang Wisman Terbanyak ke RI

Tercatat pada Juni 2018, wisatawan dari Malaysia yang ke Indonesia sebesar 223 ribu kunjungan di mana 67 ribu melalui transportasi udara.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada Juni 2018 mencapai 1,32 juta kunjungan. Angka ini naik 15,2 persen dibandingkan periode sama 2017 yang saat itu 1,14 juta kunjungan.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan berdasarkan negara, Malaysia menjadi penyumbang wisman paling banyak. Jumlahnya menggeser China yang bulan sebelumnya menjadi yang teratas.

"Jadi untuk kunjungan wisman ada pergeseran, dari yang bulan sebelumnya paling banyak dari Tiongkok, namun pada Juni paling banyak wisman dari Malaysia," kata Suhariyanto di kantornya, Rabu (1/8/2018).

Tercatat pada Juni 2018, wisatawan dari Malaysia yang ke Indonesia sebesar 223 ribu kunjungan di mana 67 ribu melalui transportasi udara. Sedangkan China mencatatkan 185 ribu kunjungan dimana 163 ribu melalui udara.

Sementara jika dilihat secara regional, ASEAN masih menjadi penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia. Pada Juni, wisman dari negara ASEAN sebesar 482,9 ribu kunjungan atau naik dari bulan sebelumnya 410,5 ribu kunjungan.

Sedangkan posisi kedua kunjungan wisman paling banyak ke dua adalah dari Eropa dimana sebanyak 147,8 ribu kunjungan atau turun dari Mei 2018 sebesar 151,6 ribu.

Sementara dari moda transportasinya, kunjungan wisatawan melalui udara pada Juni 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,92 persen. Kenaikan tertinggi melalui Bandara Hasanuddin, Sulawesi Selatan yaitu sebesar 83,96 persen dan kenaikan paling rendah di Bandara Ahmad Yani, Jawa Tengah yaitu sebesar 2,17 persen.

Untuk melalui jalur laut, pada Juni 2018 mengalami kenaikan sebesar 23,76 persen sibanding Juni 2017 yaitu dari 233,77 ribu kunjungan menjadi 289,31 ribu. Presentase kenaikan terringgi di Palbuhan Tanjung Benoa, Bali sebesar 722,54 persen dan terendah di Pelabuhan Tanjung Uban, Riau sebesar 16,04 persen.

Sedangkan melalui jalur darat, pada Juni 2018 juga memgalami kenaikan sebesar 47,14 persen. Dimana bulan yang sama tahun lalu 146,77 ribu menjadi 215,95 ribu.

Presentase kenaikan tertinggi dari Naga Badau, Kalimantan Barat sebesar 55,13 persen dan penurunan tertinggi di Jayapura, Papua sebesar 85,4 persen. 

2 dari 2 halaman

Dongkrak Turis, RI Harus Punya Terminal Khusus Maskapai Berbiaya Murah

Kementerian Pariwisata menyatakan penerbangan berbiaya murah (Low Cost Carrier) menjadi penopang utama dalam peningkatan jumlah wisatawan mancanegara untuk bisa masuk ke Indonesia. Tercatat, pertumbuhan penumpang Low Cost Carrier naik 55 persen per tahun, jauh di atas Full Service Carriers (FSC) yang hanya sekitar 7 persen.

"Target yang diberikan presiden kepada kami menuntut pertumbuhan harus 20 persen, kalau kita ikut Full Service Carriers maka pertumbuhan tidak akan pernah tercapai. Maka harus dengan Low Cost Carrier," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangannya, Jumat (13/7/2018).

Indonesia hingga kini belum memiliki terminal bandara murah atau Low Cost Carrier Terminal (LCCT). Karena itu, low cost carrier yang mendarat di Indonesia seperti Air Asia, Scoot, dan Jetstar harus menggunakan terminal full service yang harganya lebih tinggi.

Dengan adanya terminal LCC, maskapai bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen. Namun, traffic akan naik hingga dua kali lipat.

Arief memberi contoh beberapa bandara di Jepang yang telah membangun LCCT, seperti Bandara Narita, Bandara Kansai, Bandara Naha, dan Bandara Nagoya.

Bandara Narita yang baru saja membangun T3 sebagai LCCT pada April 2015 ini, pax traffic LCC-nya terus tumbuh dari 11,5 persen menjadi 31 persen pada 2017 dari pax traffic keseluruhan di Bandara Narita.

"Hasilnya turis inbound ke Jepang tumbuh 33 persen dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dan menjadi the fastest rate in the world, mencapai 28,7 juta turis pada 2017," kata Menpar.

 

Video Terkini