Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) secara resmi mendapat penugasan dari pemerintah untuk mengambil alih blok minyak dan gas Rokan di Riau dari genggaman PT Chevron Pacific Indonesia.
Proposal yang diajukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor migas tersebut mengungguli proposal yang diajukan Chevron Pacific Indonesia. Pertamina akan menjadi operator Blok Rokan dari 2021 sampai 2041.
Untuk memgelola blok minyak yang memiliki potensi produksi hingga 1,5 miliar barel per tahun ini, Pertamina menyatakan membutuhkan biaya USD 72 miliar. Dengan dana itu, bagaimana kondisi keuangan Pertamina?
Advertisement
Baca Juga
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno memastikan kondisi keuangan Pertamina tetap sehat.
"Ya kan itu nanti masih lama, masih tahun 2021 dan nggak sekaligus ya. Jadi ya tidak ada masalah (kondisi keuangan Pertamina)," kata Harry di Kementerian BUMN, Kamis (2/8/2018).
Untuk diketahui, saat ini Blok Rokan dikelola Chevron Pacific Indonesia. Kontrak perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut habis pada 2021 nanti. Chevron telah mengeruk minyak dari Blok Rokan sejak 1971 atau sekitar 47 tahun.
Blok Rokan merupakan produsen minyak terbesar di Indonesia dengan cadangan 500 juta sampai 1,5 miliar barel setara minyak.
Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) produksi minyak siap jual Rokan selama semester I 2018 sebesar 771 ribu barel per hari, porsi produksi Rokan mencapai mencapai 207.148 barel.
Sebelumnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan, pemerintah memilih Pertamina bukan berdasarkan emosi. Namun, Pertamina dalam proposalnya menjanjikan beberapa hal yang menguntungkan negara. Dengan mekanisme bagi hasil migas gross split, negara akan mendapat porsi 48 persen.
"Sebanyak 48 persen ke pemerintah, split variabel banyak sekali lapangannya setiap lapangan beda-beda. Ada 104 lapangan," tutur dia.
Arcandra melanjutkan, setelah memenangi Blok Rokan, negara juga mendapatkan bonus tanda tangan USD 784 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun.
Sementara potensi pendapatan negara dari kegiatan produksi selama 20 tahun sejak 2021 sebesar USD 57 miliar atau Rp 825 triliun dan komitmen kerja pasti USD 500 juta atau Rp 7,2 triliun. (Yas)
Pertamina Kelola Blok Rokan, Impor Minyak Mentah Terpangkas 100 Ribu Barel
PT Pertamina (Persero) akan mengurangi impor minyak mentah sekitar 100 ribu barel per hari, seiring keberhasilan perusahaan mendapatkan hak pengelolaan Blok Rokan di Riau, mulai 2021. Saat ini Pertamina mengimpor minyak mentah mencapai 400 ribu barel per hari.
Senior Vice President Strategi dan Pengembangan Pertamina Daniel Syahputra Purba mengatakan, dari sekitar 200 ribu barel produksi minyak mentah Blok Rokan per hari, Pertamina akan mendapat jatah 100 ribu barel per hari. Sedangkan produksi sisanya, menjadi bagian pemerintah.
Baca Juga
"Kan kalau Pertamina 100 persen semua masuk ke dalam negeri. Sekarang produksi kan 200 ribu barel per hari dari produksi itu dari 200 kan government entitlement setengahnya," kata Daniel, di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (2/8/2018).
Menurut Daniel, 100 ribu barel per hari minyak mentah yang didapat dari Blok Rokan, akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan begitu, impor minyak mentah Pertamina yang saat ini sekitar 400 ribu barel per hari akan berkurang menjadi 300 ribu barel per hari.
"Berarti tambahan dari 200 ribu kan 100 ribu barel per hari ya bagian Pertamina, ya impor crude akan berkurang 100 ribu," tutur dia.
Daniel mengungkapkan, minyak mentah dari Blok Rokan akan diolah pada fasilitas pengolahan minyak (minyak) Pertamina. Pengurangan impor minyak mentah akan meningkatkan ketahanan energi nasional.
"Sekarang kita impor 400 ribu berkurang 100 ribu kan lumayan banget kan, dan juga security supply," dia menandaskan.
Advertisement