Sukses

Kementan Alokasikan 1.000 Mobil Pengering Jagung buat Petani

Menteri Pertanian Amran Sulaiman melepas Mobil Pengering Jagung (Mobile Corn Dryer/MCD) pada Jumat 3 Agustus 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman melepas mobil pengering jagung (Mobile Corn Dryer/MCD) yang siap datang menjemput jagung di lokasi sentra produksi pada Jumat (3/8/2018).

Mobil pengering jagung ini memiliki kapasitas satu ton per jam. Mobil ini akan bergerak dari satu lokasi sentra produksi ke sentra produksi lainnya untuk membantu para petani jagung di Indonesia. 

"Alhamdulillah hari ini putra terbaik bangsa menemukan alat pengering jagung pertama di Indonesia. Ini adalah 100 persen produksi dalam negeri buatan anak bangsa," tutur dia, saat melepas Mobil Pengering Jagung perdana di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta.

Selama ini petani sering mengeluh saat musim hujan merugi karena kadar air tinggi sehingga mempengaruhi harga jual di petani. Mobil pengering jagung ini merupakan solusi bagi permasalahan pasca panen jagung saat musim hujan.

"Kami merevisi anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk petani Indonesia. Nantinya kami alokasikan 1.000 unit dryer untuk petani yang ada di daerah sentra produksi, di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Dompu, NTB, Gorontalo, Lampung, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara” ujar dia.

Ini merupakan sejarah baru bagi pertanian Indonesia. Selama ini jagung yang didatangkan ke pabrik pengering jagung.Akan tetapi, dengan inovasi baru mobil pengering jagung (Mobile Corn Dryer/MCD) siap datang menjemput jagung di lokasi sentra produksi.

 

2 dari 2 halaman

Kontribusi Pakan Ternak 40 Persen

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita menyampaikan dalam produksi pakan unggas, jagung merupakan komponen penting karena berkontribusi sekitar 40 persen dalam formulasi pakan.

Hal ini merupakan pasar yang besar dan potensial bagi komoditas jagung domestik. Sebagai gambaran, jika produksi pakan tahun 2018 sekitar 19,4 juta ton, maka setidaknya dibutuhkan jagung sekitar 7,8 juta ton. 

"Sayangnya, dahulu pasar komoditas jagung diisi oleh impor. Pada tahun 2015, Indonesia impor jagung sebanyak 3,5 juta ton dengan nilai sekitar Rp 10 triliun. Melalui program UPSUS Pajale serta koordinasi dan sinergi dari semua pihak, Indonesia bisa membalikkan keadaan,” ujar dia.

Kementan menggandeng Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dalam menyerap jagung dari petani. Sinergi ini efektif dalam meningkatkan pasokan jagung nasional untuk industri pakan.

Berdasarkan data GPMT, penyerapan Januari – Mei 2018 sebesar 2.832.499 ton. Angka ini meningkat 32,8 persen dibandingkan penyerapan Januari – Mei 2017 sebesar 2.132.833 ton. 

Data GPMT ini tentunya dapat menjawab bagi pihak yang masih meragukan kemampuan produksi domestik dalam memasok kebutuhan jagung untuk industri pakan. Data ini sekaligus mengindikasikan keberadaan dan adanya peningkatan produksi jagung domestik yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan pakan.

 

Video Terkini