Sukses

RI Terus Yakinkan AS Agar Tak Cabut Fasilitas Bea Masuk

Indonesia tidak hanya ingin menjadikan AS sebagai pasar, melainkan bagaimana tercipta kerjasama perdagangan yang saling menguntungkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia akan berupaya meyakinkan Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk tidak menghapuskan bea masuk bagi produk-produk Indonesia. Hal ini menyusul evaluasi AS terhadap fasilitas Generalized System ‎of Preferences (GSP) bagi Indonesia.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pada dasarnya Pemerintah Indonesia tidak akan mengemis kepada AS agar tetap memberikan fasilitas GSP. Namun demikian, Indonesia akan menunjukkan niat baik agar perdagangan kedua negara bisa terus ditingkatkan.

"Jadi kita sekali lagi kita enggak mau meminta, tetapi kita tunjukkan pada mereka. Karena mereka juga concern dengan trade deficit. ‎Defisit mereka lebih dari USD 700 miliar. K‎ita tunjukkan bahwa saya datang ke sini bukan hanya untuk itu," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (5/8/2018).

Menurut Enggar, Indonesia tidak hanya ingin menjadikan AS sebagai pasar, melainkan bagaimana tercipta kerjasama perdagangan yang saling menguntungkan kedua negara. Oleh sebab itu, Indonesia akan terus meyakinkan AS akan pentingnya peningkatan kerjasama pedagangan ini.

"Saya tidak mau menekan mereka. ‎Ini yang sudah jadi, GSP ini begini, yang menguntungkan kedua belah pihak. ‎Private sector juga kita dorong untuk membantu memproses itu. Saya bilang it's up to you. Kalau kita sepakat mau naik (nilai perdagangan), GSP itu akan sangat membantu," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Harapan Presiden

Sebelumnya, menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap berharap agar Negeri Paman Sam tersebut tetap memberikan fasilitas GSP kepada Indonesia. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menerima kunjungan kehormatan delegasi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Istana Merdeka, pagi ini.

"Presiden menyampaikan, harapan Indonesia tentunya fasilitas GSP tetap akan diberikan ke Indonesia. Kalau kita lihat dari barang yang ada di GSP, 53 persen adalah terkait dengan produk yang diekspor AS, terkait proses produksi yang diperlukan," tandas Retno.