Liputan6.com, Jakarta - Bila dipecat dari pekerjaan sebelumnya, di samping muncul rasa kecewa atau kesal, aspek yang paling menyulitkan dipecat adalah ketika menjelaskannya pada pewawancara kerja saat kamu mendapat panggilan. Pastinya, kesukaran sulit dihindari pada tahap itu.
Baca Juga
Advertisement
Namun, dipecat tidak menjadikanmu orang yang buruk. Oprah Winfrey pernah dipecat, Steve Jobs pun pernah dipecat, banyak orang-orang sukses yang dulunya dipecat dari pekerjaan mereka. Setelah dipecat, mereka kembali bangkit dan tetap sukses.
Pertanyaannya, bagaimana jika diri masih belum berdamai atau ikhlas dengan pemecatan yang terjadi? Dan bagaimana bila pewawancara bertanya mengapa kamu meninggalkan pekerjaan sebelumnya?
Dilansir dari Quartz, berikut tiga hal yang bisa kamu lakukan di wawancara kerja setelah dipecat dari pekerjaan sebelumnya.
1. Jujur
Menurut Alison Green, penulis blog Ask a Manager, lebih baik jangan memutar balik fakta mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Melakukan itu hanya membawa diri menuju bencana.
"Bila kamu berbohong dan berkata kamu meninggalkan secara sukarela (atau membingkainya sebagai pemberhentian maupun memutarbalikkan apa yang terjadi), pihak perusahaan bisa mengetahuinya bila mereka mengontak referensimu atau melakukan background check," ucap Green.
Ia menambahkan, kebohongan yang kamu lakukan malah dapat merusak kesempatanmu untuk diterima di tempat baru.
Advertisement
2. Persingkat Penjelasan
Tidak perlu memberi penjelasan panjang nan bertele-tele. "Berbicara terlalu banyak akan membuat itu (pemecatan)Â menjadi masalah yang lebih besar ketimbang yang diperlukan, dan pada umumnya kamu malah akan terlihat defensif," tulis Green.
"Kamu hanya perlu mengatakan beberapa kalimat untuk menerangkan apa yang telah terjadi," kata Green.
3. Ikuti Skrip
Untuk wawancara pasca pemecatan lebih lancar, Green menyediakan dua contoh skrip untuk merespons kondisi karier kamu akibat pemecatan. Berikut contohya:
Jujur mengenai kemampuan yang dimiliki:
- "Sebetulnya saya dicopot dari pekerjaan. Itu salah saya, saya mengambil pekerjaan yang membutuhkan kemampuan tingkat lanjut, dan sebetulnya saya tidak memiliki kemampuan itu. Saya pikir saya bisa cepat paham, tapi saya meremehkan betapa banyak yang butuh saya pelajari. Keputusan mereka tepat, dan saya lega bisa kembali ke ranah yang saya kuasai"
Atau, jelaskan hikmah yang kamu ambil dari pemecatan:
- "Sebetulnya, saya dicopot dari pekerjaan. Beban pekerjaannya sangat tinggi dan saya tidak angkat bicara lebih awal dan malah membuat kesalahan karena banyaknya pekerjaan. Hal itu mengajari saya tentang komunikasi lebih awal ketika beban kerja terlalu tinggi, dan memastikan saya selaras dengan manajer saya mengenai membuat prioritas."
Green meminta agar tetap menjelaskan dengan jelas, tenang, dan tidak defensif. Dan yang paling penting agar terus bersikap positif atas kemampuan yang kamu miliki.
Advertisement