Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan menjadi tuan rumah dua ajang internasional yaitu Asian Games 2018 dan IMF-World Bank Meeting.
Asian Games akan dilaksanakan pada Agustus 2018. Pertemuan IMF-World Bank akan diadakan pada Oktober 2018 di Bali.
Ada kegiatan ini diperkirakan menjadi stimulus dalam memacu pertumbuhan ekonomi, terutama untuk wilayah yang menjadi tuan rumah yaitu Palembang, Jakarta dan Bali.
Advertisement
Baca Juga
Namun, pemerintah diminta untuk tidak menjadikan dua kegiatan ini sebagai senjata utama sumber pertumbuhan ekonomi nasional di semester II 2018.
"Karena Asian Games itu coverage-nya lebih ke Jakarta dan Palembang dan IMF-World Bank iti di Bali. Sementara ini kita bicara nasional, seluruh Indonesia," kata Direktur Institute INDEF Enny Sri Hartati di kantornya, Rabu (8/8/2018).
Hal yang harus didorong, menurut Enny adalah investasi di industri manufaktur. Menurut dia, industri ini memiliki efek sumber pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang.Â
Pada kuartal II 2018, industri manufaktur non migas justru menurun jika dibandingkan kuartal sebelumnya, dari 5,07 persen ke 4,41 persen.
Secara keseluruhan pertumbuhan sektor industri anjlok hanya 3,9 persen pada kuartal II 2018. Ini juga sekaligus menjadi bukti belanja pemerintah pada kuartal II 2018 lebih berdampak ke faktor konsumtif.
Hal ini terlihat dari konsumsi rumah tangga meningkat dari 4,95 persen menjadi 5,14 persen. "Jadi selanjutnya belanja pemerintah harus didiorong ke sektor-sektor produktif," tambah dia.
Â
Asian Games dan Pertemuan IMF-World Bank Bisa Dongkrak Ekonomi RI
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yakin pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2018 dapat kembali meningkat. Menurutnya, ada dua gelaran besar yang diproyeksikan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada semester II mendatang.
"Ada Asian Games, Annual Meeting-IMF, dan kalau kalian selalu gembira pasti akan bagus (pertumbuhan ekonominya)," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin 6 Agustus 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2018 sebesar 5,27 persen. Melihat angka itu, Sri Mulyani semakin percaya diri pertumbuhan ekonomi hingga semester II akan tumbuh besar. Apalagi kata dia, melihat inflasi sepanjang 2018 juga terjaga rendah di angka 3,2 persen.
"Kalau dilihat kemarin, inflasi kan cukup stabil rendah di 3,2 persen," imbuhnya.
Meski demikian, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengaku tetap melakukan antisipasi terhadap nilai tukar Rupiah pada semester II. Hal ini dilakukan dengan menjaga pasokan komoditas, juga didukung pada barang-barang yang harganya dapat diatur pemerintah atau administered price. Dengan begitu inflasi diproyeksikan tetap berada di sasaran yakni 3,5 plus minus 1 persen.
"Imported inflation ini akan kita lihat di semester kedua. Tapi, kalau pemerintah tetap bisa menjaga dari sisi pasokan makanan, terutama untuk barang-barang administered price, mungkin kita akan melihat inflasi tetap stabil di 3,5 persen. Selama inflasi masih bisa dijaga di 3,5 persen, kita akan melihat konsumsi akan cukup baik," pungkas Sri Mulyani.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement