Sukses

Sumatera Selatan Jadi Ladang Produksi Migas Terbesar Pertamina EP

PT Pertamina EP membukukan laba bersih sebesar USD 361 juta pada semester I 2018.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina EP selaku anak usaha PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih sebesar USD 361 juta pada semester I 2018.

Pendapatan itu salah satunya ditopang oleh jumlah produksi migas Asset dua di Sumatera Selatan yang menjadi sumber penghasilan terbesar perseroan.

Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menjelaskan, produksi minyak terbesar perseroan dihasilkan dari Asset 5. Sementara untuk gas didapat dari Asset 2.

"Dari lima aset dan kemitraan, kontributor terbesar produksi minyak adalah Asset 5 di Kalimantan dengan produksi rata-rata 18.530 BOPD (barrel oil per day), atau sekitar 24 persen dari total produksi minyak Pertamina EP," ujar dia di Jakarta, Jumat (10/8/2018).

"Sedangkan produksi gas terbesar ada di Asset 2, yaitu di Sumatera Selatan sebesar 437,4 mmscfd (million standard cubic feet per day) atau 43 persen dari total produksi gas kami," tambah dia.

Asset 5 sebagai kontributor produksi minyak salah satunya didapatkan dari hasil pengeboran di Struktur Sembakung, Field Tarakan, serta di Struktur Bunyu, Field Bunyu.

Sementara Asset 2 sebagai kontributor produksi gas terbesar didukung oleh perbaikan kinerja kompresor di Field Prabumulih dan penambahan empat unit kompresor di Field Pendopo.

Jika dihitung, ia pun menyebutkan, total produksi migas terbesar berada di Asset 2, yakni sebesar 92.424 barrels of oil equivalent per day (BOEPD) atau sekitar 37 persen.

"Kalau secara finansial, Asset 2 yang paling bagus. Karena minyaknya juga hanya selisih dikit dengan Asset 5. Sekitar 16.934 sampai 17 ribu," papar dia.

"Jadi memang yang dilihat dari segi finansial, kalau kita punya minyak dan gas, itu lebih bagus," Nanang menambahkan.

 

2 dari 2 halaman

Pertamina Raup Laba USD 361 Juta pada Semester I 2018

Sebelumnya, PT Pertamina EP selaku anak usaha PT Pertamina (Persero) mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I 2018.

Itu ditandai dengan pembukuan laba bersih sebesar USD 361 juta hingga Juni 2018, atau sekitar 65,95 persen dari target tahun ini sekitar USD 547 juta.

Raihan laba tersebut naik 124,76 persen dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu yang sebesar USD 289,4 juta atau 48,56 persen dari RKAP sebesar USD 595 juta.

Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, peningkatan laba bersih pada semester I ditopang oleh kenaikan penjualan.

Hingga Juni 2018, perseroan membukukan pendapatan USD 1.458 juta, naik 118 persen dari USD 1.234 juta (Year-on-Year/YoY) yang didorong oleh penjualan dalam negeri non-BBM sebesar USD 1.442 juta serta ekspor minyak mentah dan gas USD 16.4 juta.

"Kenaikan pendapatan juga ditopang oleh kenaikan harga minyak, yaitu USD 66,28 per barel yang naik 138,1 persen dari USD 48,48 per barel dari periode sama tahun lalu. Dan juga harga gas USD 6,07 per MSCF, naik 102,63 persen dari USD 5,92 (YoY)," ujar dia di Jakarta, Jumat 10 Agustus 2018.

Dia menuturkan, pendapatan Pertamina EP pada semester ll juga berasal dari hasil penjualan lifting di dalam negeri sebesar 13.632.26 MBO atau sekitar 45,2 persen terhadap RKAP 2018 sebesar 30.143 MBO.

Sedangkan penjualan ekspor minyak berasal dari ekspor kondensat Senoro Field Matindok sebesar 155 MBO ke Singapura dan Korea Selatan serta penjualan ekspor gas dari Unitisasi Suban sebesar 863,12 MMSCF ke konsumen Gas Supply Pte Ltd Singapura.

"Peningkatan penjualan sepanjang semester satu juga ditopang oleh realisasi produksi migas Pertamina EP yang naik 101,76 persen menjadi 252.529 BOEPD pada tahun 2018 dari 248.161 BOEPD di tahun 2017," kata dia.

Hingga akhir Juni 2018, realisasi produksi harian minyak Pertamina EP adalah 76 ribu BOPD atau 91,65 persen dari angka RKAP 2018 sebesar 83 ribu BOPD, 96.36 persen dibandingkan dengan realisasi produksi harian minyak di tahun sebelumnya. 

Sementara itu, produksi gas hingga Juni 2018 mencapai 1.022,4 MMSCFD dari target RKAP 986.110 MMSCFD, lebih tinggi 104.28 persen daripada posisi akhir Juni 2017 sebesar 980,44 MMSCFD.

Secara total produksi migas Pertamina EP sampai ahir Juni 2018 sebesar 252.529 BOEPD atau 99.73 persen dibandingkan RKAP 2018 sebesar 253.203.

Pertamina EP juga telah merealisasikan anggaran biaya operasi (ABO) sebesar USD 567 juta, naik 112,8 persen dibanding periode sama tahun lalu sebanyak USD 502,4 juta.

Sedangkan anggaran biaya investasi (ABI) hingga akhir Juni sebesar USD 199,4 juta, meningkat 105,3 persen dari USD 189,67 (YoY).

Nanang menyatakan, pihaknya juga melakukan eksplorasi yang telah mencapai tujuh sumur untuk meningkatkan cadangan migas.

Sebanyak tiga sumur sudah selesai eksplorasi, sementara empat sumur sisa masih dalam tahap pengeboran.

Dia juga menyebutkan, pelaksanaan untuk seismik 2D telah dilakukan sepanjang 153 km dan 3D seluas 344 km persegi.

"Pada semester II kami proyeksikan realisasi pengeboran mencapai 13, seismik 2D sepanjang 1190 km dan 3D seluas 444 km persegi. Pengeboran dilakukan di beberapa area potensial, seperti Akasia Maju dan Pinus Harum (Jawa Barat), serta Sekarwangi (Sumbagsel) dan Wolai (Sulawesi Tengah)," tutur Nanang.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â