Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami koreksi tajam pada awal perdagangan saham Senin pekan ini. Baru satu jam perdagangan, IHSG sudah anjlok 2,3 persen.
Berdasarkan data RTI, Senin (13/8/2018), pukul 10.00 waktu JATS, IHSG susut 2,3 persen atau 145,37 poin ke posisi 5.931,80. Indeks saham LQ45 melemah 2,93 persen ke posisi 934,84. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 304 saham melemah sehingga membuat IHSG tertekan, sedangakan 44 saham menguat dan 67 saham diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.034,56 dan terendah 5.925,18.
Advertisement
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan saham 122.311 kali dengan volume perdagangan saham 2,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2, triliun. Investor asing jual saham Rp 209,09 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.605.
Seluruh sektor saham pun kompak tertekan. Sektor saham keuangan turun 3,39 persen, sektor saham aneka industri tergelincir 3,55 persen dan sektor saham industri dasar susut 3,2 persen.
Saham-saham yang mampu menguat di tengah tekanan IHSG antara lain saham FILM naik 24,59 persen ke posisi 760 per saham, saham ASJT melonjak 14,62 persen ke posisi 392 per saham, dan saham JIHD mendaki 9,73 persen ke posisi 496 per saham.
Adapun saham-saham yang tertekan antara lain saham SDRA merosot 13,79 persen ke posisi 750 per saham, saham FREN susut 12,21 persen ke posisi 115 per saham, dan saham TRUK susut 10,26 persen ke posisi 175 per saham.
Bursa saham Asia pun anjlok. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,82 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,67 persen, serta indeks saham Jepang Nikkei anjlok 1,6 persen.
Selain itu, indeks saham Shanghai susut 1,67 persen, indeks saham Singapura melemah 1,23 persen, dan indeks saham Taiwan tergelincir 1,78 persen.
VP Sales and Marketing PT Ashmore Assets Management Indonesia, Angganata Sebastian menilai ada dua faktor pengaruhi IHSG. Pertama, defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018 mencapai tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit transaksi berjalan capai USD 8 miliar pada kuartal II 2018 sedangkan prediksi analis sekitar USD 7,8 miliar.
Angganata menuturkan, defisit melebar itu imbas dari impor yang meningkat karena konsumsi tumbuh pada kuartal II 2018. Konsumsi rumah tangga meningkat 5,14 persen pada kuartal II 2018. Selain itu, ada faktor musiman periode puasa, Lebaran, dan repatriasi dividen.
Defisit tersebut juga yang membuat rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat. Â Angganata optimistis defisit transaksi berjalan akan membaik.
"Akan tetapi untuk defisit ke depannya kami tidak begitu khawatir karena angka ini seharusnya sudah peak. Alasan yang mendasari adalah Juni memang konsumsi relatif tinggi karena ada Ramadan dan Lebaran. Ini pasti buat impor naik. Selain itu, Juni biasa ada dividen repatriasi yang membuat permintaan dolar Amerika Serikat juga tinggi, " ujar Angganata saat dihubungi Liputan6.com.
Kedua, Angganata menilai ada dampak dari pelemahan mata uang Turki Lira yang signifikan terhadap mata uang negara berkembang. Â
Meski demikian, Angganata menilai tekanan IHSG hanya sementara. Hal itu mengingat neraca transaksi berjalan akan membaik. Selain itu, faktor tekanan mata uang Turki Lira hanya sementara.
IHSG Tertekan di Awal Sesi Perdagangan
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangan saham di awal pekan ini. Pada pekan lalu, IHSG ditutup di zona positif.
Pada prapembukaan perdagangan saham, Senin 12 Agustus 2018, IHSG menguat 69,97 poin atau 1,15 persen ke posisi 6.007,19. Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG tertekan lebih dalam dengan turun 90,47 poin atau 1,49 persen ke posisi 5.984.
Indeks saham LQ45 melemah 2,05 persen ke posisi 942,36. Seluruh indeks saham acuan melemah.
Sebanyak 165 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Adapun, 39 saham menguat dan 88 saham diam di tempat. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.034,56 dan terendah 5.973.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 20.669 kali dengan volume perdagangan saham 305 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 274 miliar.
Investor asing jual saham Rp 26 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 14.639.
Seluruh sektor saham memerah yang dipimpin sektor saham industri dasar turun 2,35 persen. Disusul sektor saham perkebunan melemah 2,04 persen dan sektor saham keuangan tertekan 2,03 persen.
Saham-saham catatkan penguatan antara lain saham FILM naik 24,59 persen ke posisi Rp 760 per saham, saham ETWA mendaki 11,76 persen ke posisi Rp 95 per saham, dan saham PDES mendaki 7,56 persen ke posisi Rp 1.280 per saham.
Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham KPAL susut 23,67 persen ke posisi Rp 645 per saham, saham CLEO merosot 9,94 persen ke posisi Rp 290 per saham, dan saham KKGI turun 8,60Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement