Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bnergerak melemah tajam pada perdagangan di awal pekan ini. Sentimen dari Turki ikut menjadi pendorong pelemahan rupiah.
Mengutip Bloomberg, Senin (13/8/2018), rupiah dibuka di angka 14.579 per dolar AS, melemah tajam jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.478 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah cukup dalam sehingga menyentuh level 14.614 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.544 per dolar AS hingga 14.614 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,72 persen.
Advertisement
Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.583 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu di angka 14.437 per dolar AS.
Baca Juga
"Data ekonomi dalam negeri yang dinilai kurang baik menjadi salah satu faktor yang menekan rupiah terhadap dolar AS," kata Analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada.
BI mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dolar AS atau tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai gejolak ekonomi Turki turut menjadi faktor yang membuat sejumlah mata uang di dunia, termasuk rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS.
"Diketahui, Turki memiliki banyak eksposure utang terhadap Eropa sehingga ketika ekonomi Turki di ambang krisis maka akan memengaruhi ekonomi Eropa dan dapat berdampak ke negara di kawasan Asia," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Turki Terancam Krisis
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan Turki terancam krisis keuangan, investor global fokus dengan kondisi ekonomi di Turki seiring dengan meningkatnya kontrol ekonomi dari Presiden Erdogan dan memburuknya hubungannya dengan Amerika Serikat.
"Nilai tukar lira Turki mencatatkan depresiasi tajam. Efek Turki ini dikawatirkan membuat mata uang dolar AS menguat dan sebaliknya `emerging markets` lain, termasuk rupiah akan melemah," katanya.
Advertisement