Sukses

Krisis Turki Ancam Pertumbuhan Investasi RI di Semester II

Sama seperti yang terjadi di Argentina sebelumnya, krisis yang terjadi di Turki menjadi stimulus bagi investor untuk menarik modalnya dari negara-negara berkembang.

Liputan6.com, Jakarta Krisis yang tengah melanda Turki dinilai akan berimbas pada prospek investasi di Indonesia, khususnya pada kuartal III dan kuartal IV atau semester II 2018. Hal ini yang harus segera menjadi perhatian pemerintah.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, Indonesia menjadi salah satu dari sejumlah negara berkembang yang akan terkena dampak dari yang tengah terjadi di Turki saat ini, khususnya di sektor investasi.

"Sekarang berimbas pada krisis moneter di Turki yang sedang berjalan saat ini. Ini bisa membawa dampak bagi prospek investasi di kuartal III dan kuartal IV tahun ini," ujar dia di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Dia mengungkapkan, sama seperti yang terjadi di Argentina sebelumnya, krisis yang terjadi di Turki menjadi stimulus bagi investor untuk menarik modalnya dari negara-negara berkembang. Namun dampak ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tetapi negara lain seperti India dan Filipina.

"Ini ‎transmisinya melalui pasar uang dan pasar modal, di mana terjadi penurunan likuditas terutama dolar di seluruh dunia akibat penarikan kembali modal investor yang diinvestasikan di negara berkembang dengan capital out flow. Itu mekanisme transmisi negara seperti Argentina, Turki ke negara berkembag lain seperti India, Indonesia, Filipina dan sebagainya," jelas dia.

Namun demikian, lanjut Thomas, Indonesia mempunyai peluang besar untuk membantu kondisi ekonomi di negara-negara berkembang di tengah ketidakstabilan ekonomi global. Salah satunya dengan mendorong pembahasan yang lebih mendalam tentang kondisi ini saat gelaran IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober mendatang.

"Prediksi saya dengan perkembangan yang terjadi akan menjadi topik diskusi yang hangat pada IMF-World Bank di Bali. Sebagai tuan rumah Indonesia akan mengangkat tentang yang dihadapi negara-negara berkembang dalam meeting tersebut. Ini peluang emas bagi Indonesia untuk membawa agenda di negara berkembang dengan gejolak pasar uang dan pasar modal global," tandas dia.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Turki Alami Krisis, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi RI?

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, krisis Turki akan membawa imbas bagi ekonomi dalam negeri. Namun demikian dia mengatakan, dampak ini tidak perlu menjadi kekhawatiran besar. 

"Selalu akan ada imbasnya. Turki memang ada hal khusus di sana sehingga kena dampaknya yang enggak mesti berlaku di negara lain setelah kena orang bilang 'oh imbasnya besar' macam-macam. Sebenarnya bisa enggak kena imbas kalau orang mikir pasti enggak ada imbasnya. Kenapa? Ini sebenarnya Turki ini biasa soal Trump," ujar Menko Darmin di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (13/8/2018).

Darmin menjelaskan, krisis Turki dipicu oleh desakan Amerika Serikat untuk membebaskan Pendeta Andrew Brunson, yang dikenai tahanan rumah dan menghadapi tuduhan melakukan kudeta di Turki. Desakan ini tidak dihiraukan oleh Turki. 

"Mr. Trump tiba tiba beberapa minggu lalu itu ada pendeta di sana yang ditahan diadili atau bagaimana, yang dianggap terkibat kudeta dulu itu. Nah, dia ditahan tahu-tahu Trump bilang lepas orang. Kalau enggak saya akan kenakan bea masuk aluminium dan baja. Yah negara namanya ditekan ya tidak mau dia. Benaran, dua hari lalu dinaikkan bea masuk dari baja dan aluminium dari Turki ke AS," ujar dia.

Darmin mengatakan, selama ini mata uang Turki lira melemah terbesar terhadap dolar AS. Hal ini kemudian diperparah dengan keputusan AS mengenakan bea masuk terhadap produk baja dan aluminium milik Turki. 

"Selama ini Turki salah satu mata uang yang pelemahannya besar. Ada Turki, ada Rusia, ada Brazil. Nah, begitu dinaikkan khusus (bea masuk), ini bukan urusan perang dagang dengan China dan Eropa, dia lagi marah saja. Kemudian dibebankan bea masuk. Dia tahu, kalau dibebankan bea masuk dengan produk besar begitu di Turki ini dampaknya besar," ujar dia.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, pelemahan nilai tukar lira tidak hanya akan berdampak kepada pelemahan nilai tukar rupiah. Akan tetapi berdampak kepada nilai tukar mata uang negara berkembang. "Bukan cuma rupiah, tapi ke emerging market. Euforia semestinya enggak,"  ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini