Sukses

Antisipasi Krisis Turki, Jokowi Minta Ketahanan Ekonomi RI Diperkuat

Jokowi mengatakan, memperkuat cadangan devisa merupakan hal penting yang harus dilakukan agar ketahanan ekonomi Indonesia semakin kuat.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas (ratas) lanjutan terkait dengan strategi kebijakan memperkuat cadangan devisa. Hal tersebut dalam rangka memperkuat ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
 
Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan, memperkuat cadangan devisa merupakan hal penting yang harus dilakukan agar ketahanan ekonomi Indonesia semakin kuat. Terlebih di tengah kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian akibat perang dagang dan krisis yang melanda Turki.
 
 
‎"Termasuk dampak yang terakhir terjadi di perekonomian di Turki. Kita juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada nilai yang wajar, inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang aman," ujar dia di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14/8/2018).
 
‎Dalam rangka itu, Jokowi ingin memastikan progres dari pembahasan dalam ratas-ratas sebelumnya. Mulai dari kebijakan pencampuran CPO ke solar sebesar 20 persen (B20) yang diharapkan dapat menekan impor BBM.
 
"Kemudian juga peningkatan penggunaan TKDN terutama untuk BUMN besar yang sebelumnya banyak menggunakan komponen impor agar ini diperhatikan. Kemudian juga di Kementerian Perdagangan, Bea Cukai, pengendalian impor saya kira harus betul-betul kita cermati secara detail dan cepat sehingga impor-impor barang yang memang sangat penting dan sangat tidak penting itu bisa kita ketahui," jelas dia.
 
Jokowi juga mengingatkan jajarannya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pariwisata. Sebab sektor ini diharapkan mampu berkontribusi besar dalam peningkatan cadangan devisa.‎
 
"Terakhir saya ingatkan perlunya percepatan pembangunan infrastruktur yg mendukung pariwisata, terutama pada lokasi-lokasi pariwisata prioritas yang telah kita tetapkan. Karena sektor ini akan cepat mampu menambah dan memperkuat cadangan devisa kita," tandas dia.
 
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
2 dari 2 halaman

Turki Alami Krisis, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi RI?

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, krisis Turki akan membawa imbas bagi ekonomi dalam negeri. Namun demikian dia mengatakan, dampak ini tidak perlu menjadi kekhawatiran besar. 

"Selalu akan ada imbasnya. Turki memang ada hal khusus di sana sehingga kena dampaknya yang enggak mesti berlaku di negara lain setelah kena orang bilang 'oh imbasnya besar' macam-macam. Sebenarnya bisa enggak kena imbas kalau orang mikir pasti enggak ada imbasnya. Kenapa? Ini sebenarnya Turki ini biasa soal Trump," ujar Menko Darmin di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (13/8/2018).

Darmin menjelaskan, krisis Turki dipicu oleh desakan Amerika Serikat untuk membebaskan Pendeta Andrew Brunson, yang dikenai tahanan rumah dan menghadapi tuduhan melakukan kudeta di Turki. Desakan ini tidak dihiraukan oleh Turki. 

"Mr. Trump tiba tiba beberapa minggu lalu itu ada pendeta di sana yang ditahan diadili atau bagaimana, yang dianggap terkibat kudeta dulu itu. Nah, dia ditahan tahu-tahu Trump bilang lepas orang. Kalau enggak saya akan kenakan bea masuk aluminium dan baja. Yah negara namanya ditekan ya tidak mau dia. Benaran, dua hari lalu dinaikkan bea masuk dari baja dan aluminium dari Turki ke AS," ujar dia.

Darmin mengatakan, selama ini mata uang Turki lira melemah terbesar terhadap dolar AS. Hal ini kemudian diperparah dengan keputusan AS mengenakan bea masuk terhadap produk baja dan aluminium milik Turki. 

"Selama ini Turki salah satu mata uang yang pelemahannya besar. Ada Turki, ada Rusia, ada Brazil. Nah, begitu dinaikkan khusus (bea masuk), ini bukan urusan perang dagang dengan China dan Eropa, dia lagi marah saja. Kemudian dibebankan bea masuk. Dia tahu, kalau dibebankan bea masuk dengan produk besar begitu di Turki ini dampaknya besar," ujar dia.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, pelemahan nilai tukar lira tidak hanya akan berdampak kepada pelemahan nilai tukar rupiah. Akan tetapi berdampak kepada nilai tukar mata uang negara berkembang. "Bukan cuma rupiah, tapi ke emerging market. Euforia semestinya enggak,"  ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Video Terkini