Sukses

BI Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin

Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan suku bunga acuan sekitar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sekitar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.

Hal tersebut untuk meredam volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) imbas krisis Turki.

"Tekanan dari Turki cukup berat di pasar keuangan regional. Sejak akhir Juli, nilai tukar melemah, terutama lira, turun sekitar 23 persen. Peso Argentina sekitar 7,7 persen, dan Afrika Selatan sekitar 7,6 persen. Untuk jaga volatilitas sudah meningkat tiga hari ini, BI akan naikkan suku bunga acuan 25 basis poin," ujar Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (15/8/2018).

Ia menambahkan, kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,5 persen untuk meredakan volatilitas usai krisis Turki. Fundamental Turki kurang baik membuat investor global khawatir. Hal tersebut membuat persepsi sama terhadap negara berkembang yang mirip dengan Turki antara lain Meksiko, Afrika Selatan, India, Indonesia, dan Filipina.

Selain meredam volatilitas, menurut Josua, BI menaikkan suku bunga acuan untuk menekan pelebaran defisit transaksi berjalan. Pada kuartal II 2018, defisit transaksi berjalan tembus 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Oleh karena itu, dengan menaikkan suku bunga acuan, diharapkan dapat membuat daya tarik Indonesia cukup tinggi. “Dana investor asing dari Jumat berkurang dengan kurang portofolio di negara berkembang sehingga membuat rupiah tertekan,” kata Josua.

Meski demikian, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dapat mendorong kenaikan suku bunga kredit dan simpanan. Namun, Josua melihat, bank akan menaikkan suku bunga secara bertahap dan tidak sebesar kenaikan suku bunga acuan.

"Tren sudah kelihatan (kenaikan suku bunga). Bank sudah naikkan suku bunga secara bertahap," kata dia.

Ia menambahkan, menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga volatilitas rupiah dan menciptakan kepercayaan.

Jika volatilitas rupiah dibiarkan akan membuat ongkos terhadap ekonomi menurut Josua akan lebih besar. Oleh karena itu, diharapkan likuiditas dalam domestik terkendali sehingga volatilitas terjaga.

"Dampak terhadap ekonomi agak panjang. Rupiah dibiarkan ongkos akan lebih besar. Ini jaga ekspektasi pelaku usaha. Kalau rupiah sentuh 14.500 maka tingkat konsumsi akan turun, pelaku usaha akan berbondong-bondong beli dolar hal itu harus diperhatikan," kata dia.

BI gelar pertemuan pada 14-15 Agustus 2018. Hasil pertemuan rapat dewan gubernur BI akan putuskan suku bunga acuan. Sebelumnya BI pertahankan suku bunga acuan atau 7 BI days reverse repo rate di posisis 5,25 persen pada pertemuan 19 Juli 2018.

 

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

2 dari 2 halaman

Pelemahan Rupiah Bikin Investasi Turun pada Kuartal II 2018

Sebelumnya, realisasi investasi di kuartal II 2018 mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya. Jika pada kuartal I 2018, investasi tercatat sebesar Rp 185,3 triliun, pada kuartal II hanya Rp 176,3 triliun atau turun 4,9 persen.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, penurunan ini akibat gejolak rupiah yang terjadi belakangan ini serta masuknya tahun politik. Hal ini yang membuat para investor menahan diri untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

"Ini sikap wait and see yang terjadi memasuki tahun politik diamplifikasikan dengan gejokak rupiah dan pasar modal dunia khususnya di negara berkembang," ujar dia di Kantor BKPM, Jakarta, Senin, 14 Agustus 2018.

Namun demikian, kata Thomas, hal ini hanya bersifat sementara. Dia meyakini jika rupiah sudah kembali stabil, maka investor akan kembali gencar berinvestasi di Indonesia.

"Tapi saya cukup percaya diri ini hanya penundaan, hanya menunda. Berdampak signifikan di jangka pendek seperti kuartal ke kuartal. Makanya stabilitas rupiah ini penting. Kalau tidak stabil, mereka akan tunda terus sampai rupiah stabil pada ekuilibrium baru," kata dia.

Agar rupiah segera stabil, kata Thomas, maka BKPM mendukung langkah Bank Indonesia untuk kembali menaikkan kembali suku bunga acuannya. Hal tersebut. dinilai sangat diperlukan di tengah kondisi global dan internal seperti saat ini.‎‎

"Kami sangat mendukung langkah BI untuk menaikan suku bunga dan memperketat likuiditas guna menstabilkan rupiah. Kecuali kita bisa yakinkan pasar dan investor bahwa rupiah telah mencapai ekuilibrium baru. Karena kecenderungan investor untuk menunda itu kuat sekali," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: