Sukses

Kementerian PUPR Siapkan Rumah Tahan Gempa di Lombok

Kementerian PUPR akan bangun rumah instan sederhana sehat untuk masyarakat dalam satu tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi atau gempa Lombok belum berhenti mengguncang bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga awal pekan ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga Senin (20/8/2018) pukul 11.00 WITA, telah terjadi 101 gempa susulan pasca-gempa 7.0 SR yang menerpa Lombok pada Minggu, 19 Agustus 2018.

Menindaklanjuti hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mempersiapkan infrastruktur tahan gempa yang diperuntukkan bagi berbagai unit bangunan, mulai dari perumahan, sekolah, rumah sakit, hingga rumah ibadah.

"Rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum pasti konstruksinya dibuat tahan gempa. Dalam hal ini ada ratusan sekolah, puskesmas, puluhan masjid besar," ujar Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga di Jakarta, Senin pekan ini.

"Ini butuh proses, saya perkirakan bisa selesai dua tahun. Kalau yang rumah masyarakat mudah-mudahan segera dalam waktu satu tahun," tambah dia.

Untuk rumah masyarakat, Kementerian PUPR telah mempersiapkan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) sebagai tempat hunian tahan gempa, yang secara konstruksi lebih menghemat biaya dan waktu.

Menurut data terakhir yang dimilikinya, Danis menyebutkan, ada sekitar 36 ribu unit rumah di Lombok yang terbilang rusak berat akibat gempa Lombok.

Namun begitu, terdapat dua unit rumah contoh teknologi Risha di Lombok Utara yang hingga kini kondisinya masih utuh, yakni Balai Dusun Akar-Akar Utara dan Sekolah Adat Bayan.

Adapun bila teknologi ini diterapkan untuk membangun satu unit rumah sederhana tahan gempa tipe 36, dia menghitung, itu akan menghabiskan dana sekitar 50 juta.

"Dibutuhkan biaya sekitar Rp 1,5 juta per meter persegi untuk membangun satu Risha. Jadi kalau tipe 36 kalikan saja, bisa sekitar Rp 50 juta," tutur dia.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

 

2 dari 2 halaman

Melihat RISHA, Rumah Anti Gempa dari Kementerian PUPR

Sebelumnya, Kementerian PUPR terus berupaya semaksimal mungkin mengatasi dampak dari bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tak hanya itu, Kementerian PUPR juga telah membangun Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) untuk menahan gempa.

Salah satu yang lebih dulu telah menggunakan teknologi RISHA adalah pemukiman pasca bencana Tsunami di Nanggoreh Aceh Darusalam (NAD) dan Nias.

Melansir dari akun instagram resmi Kementerian PUPR, Rabu 8 Agustus 2018, RISHA adalah penemuan teknologi konstruksi knock down yang dapat dibangun dengan waktu cepat dengan menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utamanya dan telah teruji tahan gempa hingga 8 skala richter (SR) dan 8 Modified Mercalli Intensity (MMI).

Inovasi ini didasari oleh kebutuhan akan percepatan penyediaan perumahan dengan harga terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas bangunan sesuai dengan standar (SNI).

Lantas, apa saja kemudahan serta manfaat dari teknologi RISHA ini? Berikut penjelasanya:

1. Selain sebagai solusi rumah yang rentan gempa, RISHA mudah dikembangkan tanpa harus mengubah bangunan awal. 

2. RISHA hanya mengkonsumsi sekitar 60 persen bahan bangunan dibandingkan dengan teknologi konvensional.

3. Ketiga, waktu pembangunan instalasi RISHA lebih cepat serta jumlah tenaga kerja untuk merakit teknologi ini cukup 3 orang saja.

4. Terakhir, adalah RISHA menjamin kemudahan penjaminan mutu karena terukur dan terkosentrasi proses produksinya.

Mengutip laman puskim.go.id disebutkan sejumlah keuntungan dari RISHA tersebut antara lain pembangunan bertahap, dapat dikembangkan pada arah horizontal dan vertical dua lantai, dapat dibongkar pasang, komponen ringan maksimum 50 kg.

Selain itu, pemasangan hanya satu hari bila mana kondisi SDM dan lapangan seperti disyaratkan, komponen dapat diproduksi secara home industry dalam upaya pengembangan UKM, fleksibilitas desain tinggi tergantung kreativitas arsiteknya, dan dapat akomodasi potensi lokal budaya maupun bahan bangunan.

Penerapannya sudah dilakukan di Aceh, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jambi.

Selanjutnya, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, NTT dan NTB.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â