Sukses

Intip Kinerja BTN hingga Juli 2018

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk optimistis target perseroan tetap tercapai pada akhir tahun 2018.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN optimistis target perseroan tetap tercapai pada akhir tahun 2018.

Optimisme itu ditopang peluang peningkatan kredit dengan adanya relaksasi Loan-to-Value (LTV) dan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) serta penurunan biaya dana dan biaya operasional dari masuknya aliran dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Direktur BTN, Iman Nugroho Soeko mengatakan kendati perekonomian nasional terpapar dampak dari gejolak ekonomi global dan adanya kenaikan suku bunga acuan.

Namun, perseroan tetap optimistis mampu mencapai target bisnis yang telah ditetapkan sejak awal tahun. Lantaran, pemerintah dan regulator telah membantu menstimulus sektor properti dengan berbagai kebijakan.

Bank Indonesia misalnya, lanjut Iman, telah memberlakukan relaksasi LTV yang berlaku mulai 1 Agustus 2018.

Begitu pula dengan rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan merelaksasi beberapa ketentuan antara lain mengubah perhitungan ATMR, mengubah larangan pemberian kredit untuk pengolahan tanah bagi pengembang.

Selain itu, mendorong pendanaan KPR melalui sekuritisasi, meningkatkan batas pembiayaan dengan agunan, dan meningkatkan koordinasi dengan instansi lain. 

Pada semester II 2018, tambah Iman, BTN pun kembali masuk dalam daftar bank penyalur FLPP yang akan membantu mengurangi beban biaya baik operasional maupun dana.  

"Dengan berbagai stimulus tersebut serta kesiapan Bank BTN menggarap berbagai peluang bisnis yang ada, kami meyakini akan tetap mencatatkan realisasi kinerja bisnis sesuai target yang telah ditetapkan sejak awal tahun,” ujar Iman di Jakarta, Senin (27/8/2018).

Iman melanjutkan, optimisme tersebut juga didukung angka backlog di Indonesia yang masih tinggi.

Selain itu, kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi opsi utama bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki rumah. 

Data bank sentral juga menunjukkan sebagian besar konsumen atau sebanyak 75,21 persen menggunakan fasilitas KPR untuk membeli properti residensial. Kemudian sebanyak 16,13 persen memilih membeli hunian dengan skema tunai bertahap dan 8,66 persen dengan skema tunai. 

"Kami pun terus melakukan berbagai inovasi dan transformasi untuk menggarap peluang bisnis yang ada. Bank BTN juga terus menggelar promosi untuk meningkatkan penyaluran kredit perseroan secara keseluruhan terutama KPR," kata Iman. 

Adapun, bisnis KPR emiten bersandi saham BBTN terus mencatatkan laju pertumbuhan positif dan di atas rata-rata industri perbankan nasional. 

Hingga Juli 2018, BTN mencatatkan penyaluran KPR dan pembiayaan pemilikan rumah (PPR) sekitar Rp157,55 triliun.

Posisi tersebut naik sekitar 22,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp129,07 triliun pada Juli 2017.

Sementara, data Bank Indonesia merekam KPR dan KPA industri perbankan nasional hanya tumbuh di level 13,52 persen yoy per Juni 2018.

"Kami meyakini akan terus mencatatkan kinerja positif di atas rata-rata dan mencapai target bisnis pada akhir tahun nanti," tegas Iman. 

 

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

2 dari 2 halaman

Kinerja BTN hingga Juli 2018

Secara keseluruhan, hingga bulan ketujuh tahun ini, kredit dan pembiayaan Bank BTN tumbuh di level sekitar 19,55 persen yoy dari Rp 178,58 triliun menjadi sekitar Rp 213,5 triliun.

BTN pun tercatat telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sekitar Rp 188,33 triliun atau naik sekitar 17,27 persen yoy dari Rp160,59 triliun. 

Dengan kinerja tersebut, BTN mencatatkan aset total sekitar Rp 264,51 triliun pada Juli 2018 atau naik sekitar 17,73 persen yoy dari Rp 224,68 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya.  

Iman menuturkan, kendati ekonomi nasional diwarnai kenaikan suku bunga acuan dan gejolak ekonomi global, tetapi BTN diyakini tetap kokoh ditopang fundamental funding perseroan yang kuat.

Per Juni 2018, BBTN mencatatkan secondary reserve senilai Rp 14,02 triliun. BTN juga memiliki dana pendamping jangka panjang berupa obligasi dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) dengan outstanding per Juni 2018 senilai Rp 20,95 triliun. 

"Walaupun kondisi suku bunga acuan meningkat dan adanya gejolak ekonomi global, kami optimistis hingga akhir tahun akan mampu menyokong target laju pertumbuhan kredit di atas rata-rata nasional dengan adanya pendanaan yang kuat tersebut," ujar Iman. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: