Liputan6.com, Jakarta PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. selenggarakan acara Public Expose di Auditorium Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada Rabu (29/8/2018). Acara ini merupakan rangkaian public expose Bank BRI Tahun 2018, yang selanjutnya akan dilaksanakan di Semarang dan Makassar.
Acara tersebut bertujuan untuk memaparkan kepada publik tentang kinerja dan profit yang telah dicapai Bank BRI selama ini. Kegiatan ini dihadiri Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo dan Direktur Hubungan Kelembagaan Bank BRI Sis Apik Wijayanto.
Dalam pemaparannya, Haru menjelaskan bahwa saat ini Bank BRI merupakan bank terbesar nomor lima di Asia Tenggara dengan kapitalisasi pasar mencapai 27,23 miliar dollar AS.
“Secara konsisten Bank BRI juga memberikan keuntungan jangka panjang bagi para investornya, di mana sejak IPO di tahun 2003 hingga saat ini kenaikan harga saham BRI, biasa disebut BBRI, mencapai 32 kali lipat,” ujarnya.
Kinerja cemerlang BBRI tersebut disokong oleh kinerja perseroan yang positif dan selalu tumbuh setiap tahunnya. Selama 13 tahun berturut turut, Bank BRI mampu mencetak laba terbesar di industri perbankan Indonesia. Hingga akhir Semester I 2018, laba bersih Bank BRI (bank only) tercatat sebesar Rp 14,5 triliun atau tumbuh 10,8% yoy.
Laba bersih BRI ini mencapai 20,5 persen dari market share laba industri perbankan di Indonesia. Tidak hanya laba bersih, market share pinjaman dan simpanan Bank BRI di Semester I 2018 juga meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Tercatat market share pinjaman BRI sebesar 15,3 persen atau tumbuh dibandingkan dengan posisi Juni 2017 yang sebesar 14,7 persen.
“Data ini menunjukkan bahwa selama ini kinerja Bank BRI selalu tumbuh positif setiap tahunnya,” ucap Haru.
Di tengah kondisi perekonomian yang sangat dinamis, Bank BRI telah mengambil langkah–langkah strategis untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas perseroan. Beberapa langkah yang telah diambil ialah dengan terus menggenjot pendapatan yang bersumber dari pendapatan non-bunga (fee based income) serta efisiensi bisnis proses.
Pendapatan non-bunga BRI tercatat tumbuh 11,7 persen yoy pada akhir Juni 2018. Sementara itu, untuk efisiensi, Bank BRI berhasil menurunkan BOPO dari 72,3 persen pada semester I 2017 menjadi 70,5 persen pada akhir semester I 2018. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan BOPO industri perbankan, yakni 79,46 persen.
Efisiensi yang dilakukan Bank BRI tidak terlepas dari strategi perseroan yang telah melakukan digitalisasi pada proses bisnisnya. Bank BRI memanfaatkan aplikasi BRISPOT untuk pengajuan proses kredit mikro.
“BRISPOT terbukti mampu mempercepat SLA proses kredit KUR menjadi 1-2 hari saja. Hal ini secara tidak langsung mampu meningkatkan produktivitas tenaga pemasar mikro BRI atau biasa disebut Mantri BRI. Mereka (Mantri BRI) mampu merealisasi rata-rata 17 paket kredit per bulan, lebih tinggi 30 persen dari target,” kata Haru.
Selain itu, keberadaan branchless banking milik BRI atau yang biasa disebut agen BRILink, yang saat ini berjumlah 244 ribu, juga meningkatkan efisiensi perseroan. Sejalan dengan meningkatnya kinerja perseroan, Bank BRI juga terus menyalurkan Bina Lingkungan yang tepat sasaran dan tepat manfaat.
Sepanjang 2017, tercatat Bank BRI menyalurkan Rp 150 miliar dana Bina Lingkungan melalui program BRI Peduli. Tahun ini, Bank BRI juga terus menyalurkan dana Bina Lingkungan melalui tujuh sektor, yakni pendidikan, pengentasan kemiskinan, bencana alam, kesehatan, sarana ibadah, pelestarian alam, serta pengembangan prasarana dan sarana umum.
“Khusus untuk bencana Gempa Lombok, Bank BRI telah menyalurkan bantuan dengan total nilai mencapai Rp 1,6 milyar dalam bentuk tenda darurat, bahan makanan, obat-obatan gratis, selimut, serta pembukaan dapur umum. Bank BRI secara konsisten menyalurkan bantuan Bina Lingkungan sebagai wujud komitmen peran BRI yang merupakan agent of development,” tutup Haru.
(*)