Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melalui BI Institute kembali menggelar konferensi internasional Call For Papper ke-12 di Bali. Konferensi yang membahas jurnal atau riset mengenai ekonomi moneter bertaraf internasional.
Jurnal itu akan dirangkum dalam Bulletin of Monetary Economics and Banking, sekaligus jadi referensi kebijakan bank sentral.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, konferensi kali ini melibatkan banyak profesor yang menghasilkan jurnal bertaraf internasional. Dari 180 jurnal yang masuk, telah dipilih 60 saja.
Advertisement
Baca Juga
"Dari 60 jurnal tersebut, 36 karya merupakan dari Indonesia, dan 24 dari peneliti internasional. Semua standar internasional,” kata Perry saat membuka acara di Bali, (30/8/2018).
Perry menuturkan, konferensi ini merupakan bentuk komitmen Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan terkait pelaksanaan tugas dan sinergi bank sentral dengan pemerintah didasarkan pada kajian internasional.
"Sehingga di samping kita merumuskan bauran kebijakan, baik soal suku bunga, nilai tukar, ekonomi syariah dan lainnya, kita lakukan sinergi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita lebih baik. Kita upayakan berdasarkan kajian dan riset internasional," ujar dia.
Jurnal Bulletin of Monetary Economics bertaraf internasional memang belum lama ini diterapkan bank sentral, atau baru dua kali belakangan ini.
Saat ini, BI akan terus mengupayakan memuat hasil riset nasional maupun internasional berstandar internasional. "ini membantu Bank Indonesia merumuskan kebijakan," tegas Perry.
Reporter: Idris Rusadi Putra
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
BI Diramal Kembali Naikkan Suku Bunga
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) diramalkan akan kembali menaikkan suku bunga acuan. Adapun saat ini suku bunga acuan atau 7 day reverse repo rate adalah 5,50 persen.
Coorporate Secretary PT BNI (Persero) Ryan Kiryanto mengungkapkan, BI hampir dipastikan menaikkan kembali suku bunga acuan sebab bank sentral Amerika Serikat atau The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada September.
"BI hampir pasti menaikkan sekali lagi suku bunga acuannya minimal satu kali ke 5,75 persen. Karena The Fed sudah dipastikan naik 3-4 kali," kata Ryan dalam sebuah acara diskusi di kawasan Kalibata, Jakarta, Selasa 28 Agustus 2018.
Ryan mengungkapkan bank sentral di negara lain pun melakukan hal yang sama guna melindungi stabilitas mata uang mereka.
"Sementara negara lain sudah menaikkan suku bunganya, tujuannya agar menjaga mata uangnya terhadap dolar AS," ujarnya.
Ryan menyatakan, kondisi perekonomian Indonesia masih aman sebab inflasi berada pada level yang masih terjaga.
"Inflasi kita masih terjaga, karena kalau tidak, bisa membuat BI menaikkan bunga lebih dari 5,5 bisa sampai ke 6-8 persen."
Kondisi sebaliknya terjadi di China. Negara tirai bambu tersebut justru sengaja membuat mata uangnya terdepresiasi atau melemah terhadap Dolar AS.
"China sengaja menurunkan mata uangnya dalam menghadapi perang dagang." kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement