Sukses

Sanksi Iran Bayangi Kenaikan Harga Minyak

Ekspor minyak mentah dari negara anggota OPEC yang dilanda krisis, yakni Venezuela juga merosot tajam, berkurang separuh dalam beberapa tahun terakhir menjadi sekitar 1 juta bpd.

Liputan6.com, New York Harga minyak naik ke posisi tertinggi dalam lebih dari sebulan seiring meningkatnya gangguan pasokan minyak mentah dari Iran dan Venezuela dan penurunan persediaan di Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Reuters, Jumat (31/8/2018), harga minyak mentah Brent naik 63 sen per barel menjadi USD 77,77. Sementara harga minyak mentah AS ditutup 74 sen lebih tinggi ke posisi USD 70,25 per barel, setelah sebelumnya mencapai sesi tinggi USD 70,50. Kedua kontrak minyak ini mencapai posisi tertinggi dalam lebih dari satu bulan.

"Ada beberapa hal yang bagus di sini yang akan membuat orang-orang senang (akan harga minyak)," ujar Direktur Berjangka Mizuho, Bob Yawger di New York.

Dia mengatakan besarnya premi Brent untuk WTI kemungkinan akan mendorong ekspor minyak mentah AS.

Harga minyak Brent telah meningkat hampir 10 persen selama dua minggu terakhir karena persepsi yang tersebar luas bahwa pasar minyak global semakin ketat dan dapat menjadi pendek dalam beberapa bulan ke depan seiring adanya sanksi AS yang membatasi ekspor minyak mentah dari Iran.

"Ada banyak faktor yang mendukung (harga minyak) di sini," kata John Kilduff, Rekanan di Again Capital Management, New York.

Selain dukungan dari peristiwa geopolitik, bencana alam juga berdampak pada pasar. Ini terkait potensi badai di lepas pantai Afrika yang ditengarai tengah menuju ke Teluk Meksiko.

"Penurunan ekspor minyak Iran sudah terlihat jelas sebelum sanksi terkait minyak AS, yang mulai berlaku pada November," jelas Analis bank Swiss UBS, Giovanni Staunovo di Zurich. 

Ekspor minyak mentah Iran kemungkinan akan turun, dengan posisi lebih dari 2 juta barel per hari (bpd) pada Agustus, dibandingkan posisi 3,1 juta barel per hari pada April. Ini karena para importir tunduk pada tekanan Amerika untuk memangkas pesanan.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak, di mana Iran menjadi produsen terbesar ketiganya, akan membahas kemungkinan mengkompensasi penurunan tiba-tiba dalam pasokan Iran setelah adanya sanksi yang dimulai pada November. Ini dikatakan Kepala Pemasaran Minyak Irak SOMO, Alaa al -Yasiri.

Ekspor minyak mentah dari negara anggota OPEC yang dilanda krisis, yakni Venezuela juga merosot tajam, berkurang separuh dalam beberapa tahun terakhir menjadi sekitar 1 juta bpd.

Pasar memangkas keuntungan sedikit setelah penyedia informasi Genscape mengatakan persediaan di pusat pengiriman di Cushing, Oklahoma telah meningkat 101.433 barel sejak 24 Agustus, kata para pedagang.

Badan Energi Internasional (IEA) telah memperingatkan tentang pengetatan pasar menjelang akhir tahun karena penurunan pasokan di negara-negara seperti Iran dan Venezuela dikombinasikan dengan permintaan yang kuat, terutama di Asia.

"Pasti ada kekhawatiran bahwa pasar minyak dapat mengetat menjelang akhir tahun ini," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.

 Namun, pasar dikatakan bisa menghadapi tantangan baru dari ketidakpastian tentang pertumbuhan di pasar negara berkembang, menurut Again Capital's Kilduff.

“Apa yang menahan kami adalah kekhawatiran permintaan. Kami pikir Argentina ditidurkan dan itu adalah faktor pengurang pasokan minyak," dia menambahkan.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekspor Iran Turun, Harga Minyak Menguat

Harga minyak menguat lebih dari satu persen dengan harga minyak Brent catat kenaikan tertinggi dalam tujuh minggu.

Hal itu didorong penarikan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan bensin serta kurangi pengiriman minyak mentah Iran sebagai sanksi AS.

Harga minyak Brent melonjak USD 1,19 atau 1,6 persen ke posisi USD 77,14 usai sentuh level tertinggi sejak 11 Juli di kisaran USD 77,41.

Selain itu, harga minyak AS menguat 98 sen atau 1,4 persen ke posisi USD 69,51 per barel usai sentuh level tertinggi USD 69,75 sejak 7 Agustus 2018.

Persediaan minyak mentah AS turun 2,6 juta barel pada pekan lalu. Hal itu berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA) yang mengatakan persediaan melebihi perkiraan penarikan 686 ribu barel.

"Harga minyak mentah mendapatkan dukungan tambahan dari persediaan menurun. Menurunnya ekspor Iran dan ekspor dari Venezuela karena kerusakan terminal juga memberikan dukungan terhadap harga," ujar Presiden Direktur Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (30/8/2018).

Selain itu, harga minyak juga didukung oleh indikasi ekspor minyak mentah Iran jatuh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Berdasarkan data Reuters, ekspor minyak mentah dan kondensat Iran pada Agustus ditetakan turun di bawah 70 juta barel untuk pertama kalinya sejak April 2017.

Banyak pembeli minyak mentah telah kurangi pesanan dari Iran, produsen terbesar ketiga di OPEC. Pengurangan itu jelang 4 November untuk sanksi AS.

Kepala produsen minyak negara Iran SOMO menuturkan, sanksi akan dorong kekurangan minyak mentah dan OPEC akan bahas kompensasi untuk penurunan pasokan.

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini