Liputan6.com, Jakarta Tiga produsen otomotif dunia berminat untuk membangun pabriknya di Indonesia. Jika berjalan lancar, pembangunan fasilitas produksinya tersebut akan mulai akhir tahun ini.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan, sebenarnya ada banyak produsen otomotif yang berminat untuk membangun pabrik di Indonesia. Namun hanya tiga produsen yang dinilai paling serius.
Baca Juga
"Kalau sekarang itu banyak yang sudah melakukan kajian, dan dia mau melakukan assembling, membangun manufaktur di Indonesia. Ada banyak, dari Korea, banyak dari beberapa daerah Eropa. Yang intens sekarang yang sudah diskusi ada tiga perusahaan industri multinasional. ‎Saya tidak bisa sampaikan (namanya) karena dia minta di-disclose dulu," ujar dia di Yogyakarta, Jumat (31/8/2018).
Advertisement
Dia mengungkapkan, alasan ketiga produsen otomotif tersebut tertarik berinvestasi di Indonesia lantaran reformasi birokrasi yang telah dilakukan pemerintah, khususnya dalam hal perizinan usaha.
"Pertama, yang dia lihat bahwa Indonesia ini iklim usahanya sudah makin bagus, karena ada kemudahan," kata dia.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan yaitu pasar otomotif Indonesia yang sangat besar. Saat ini, perbandingan jumlah kendaraan dengan penduduk baru sekitar 86:1.000.
"Kedua, pasar Indonesia memiliki basis pasar untuk pengembangan industri otomotif. Sekarang kita baru 87 kendaraan banding 1.000 penduduk. Ini masih sangat rendah kalau dibandingkan Thailand," jelas dia.
Menurut Putu, jika tidak ada halangan, pembangunan pabrik tersebut rencananya akan dimulai pada akhir tahun ini.
"Banyak yang akhir tahun ini dan tahun depan bakal masuk. Nanti lihat. Karena kita cukup berhasil dengan adanya program CKD (complete knocked down) dan IKD (incompletely knocked down). Jadi dia mulai melakukan assembling CKD dan IKD, setelah itu baru pendalaman," tandas dia.
Â
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Â
Kebijakan Campuran Sawit ke Solar Tak Ganggu Industri Otomotif
Penerapan kebijakan pencampuran CPO ke solar sebesar 20 persen atau B20 dinilai tidak akan mengganggu industri otomotif dalam negeri. Pasalnya, kendaraan yang diproduksi industri tersebut masuk dalam kategori public service obligation (PSO) atau tidak diwajibkan untuk mengkonsumsi B20.
"Terkait implementasi B20, untuk otomotif itu kan termasuk yang di PSO. Jadi yang didorong kan yang nonPSO seperti untuk industri, pertambangan. Industri sudah declare siap implementasikan B20," ujar Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika di Yogyakarta, Kamis (30/8/2018).
Dia mengungkapkan, sebenarnya tanpa perlu didorong, kendaraan yang produksi saat ini telah mampu mengkonsumsi B20. Sebab, solar yang tersedia di SPBU saat ini juga telah mengimplementasikan B20.
"Di pompa bensin itu sudah B20. Semua bus gunakan itu jadi tidak ada kendala. Itu semua sudah menjalankan," lanjut dia.
Jika ada laporan yang menyebut kendaraannya bermasalah akibat mengkonsumsi B20, menurut Putu sebenarnya kendaraan tersebut hanya membutuhkan adaptasi dengan bahan bakar ini.Pasalnya penggunaan konsumsi B20 akan merontokkan kotoran di mesin kendaraan, sehingga kotoran tersebut menyumbat saringan dan menyebabkan mesin bermasalah.
‎"Bagi yang baru (mengkonsumsi) itu jumlahnya tidak banyak, cuma mobil tertentu. Itu perlu perlu membiasakan. Karena biofuel ini membersihkan. Jadi yang kotor-kotor jadi tercampur dan masuk ke filter. Itu dibersihkan tiga kali saja sudah lancar lagi," tandas dia.
Â
Advertisement