Sukses

Bank Indonesia Waspadai Dampak Krisis Argentina

Krisis yang melanda Argentina dipastikan akan memberi dampak pada negara lain terutama negara-negara berkembang.

Liputan6.com, Jakarta Argentina saat ini tengah dilanda krisis keuangan. Krisis yang melanda Negeri Tango tersebut dipastikan akan memberi dampak pada negara lain terutama negara-negara berkembang.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan pihaknya akan selalu mewaspadai kemungkinan dampak yang akan terjadi dari krisis Argentina terhadap stabilitas domestik.

Kendati demikian, dia menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat.

"Kami mewaspadai dampak-dampak itu, tapi yakinkan ketahanan ekonomi kita kuat dan juga komitmen bersama sinergi antara pemerintah, BI, OJK dan berbagai pihak untuk memastikan kebijakan kita itu prudent," kata Perry di kompleks BI, Jakarta Pusat, Jumat (31/8/2018).

Selain itu, lanjutnya, BI bersama pemerintah juga telah berkomitmen untuk menekan defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit /AD).

"Dan sejumlah langkah penurunan CAD telah akan diperkuat, segera akan menurunkan CAD," ujar dia.

Perry memaparkan kondisi saat ini, bahwa tingkat inflasi masih terbilang rendah, kondisi stabiltas sistem keuangan terjaga, serta intermediasi terjaga kuat. "Jadi dari berbagai indikator makro, stabilitas ekonomi dan pertumbuhan terjaga," jelas dia.

Hal-hal tersebut dianggap faktor yang membedakan Indonesia dengan negara lain terutama yang saat ini sedang dilanda atau dibayangi krisis karena nilai tukar mata uangnya yang jatuh.

"Apa yang membedakan Indonesia dengan negara lain adalah bagaimana prudent-nya kebijakan di Indonesia. Apakah kebikakan moneter yang prudent, kebijakan fiskal yang prudent dan kebijakan - kebijakan di bidang stabilitas sistem keuangan yang prudent," dia menambahkan.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Krisis Argentina Bisa Hambat Aliran Modal Masuk RI

Setelah Turki kini Argentina menyusul dengan krisis keuangannya. Krisis di negeri Tango tersebut dipastikan akan mengahmbat aliran modal terutama di negara-negara berkembang.

Ekonom Senior Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan krisis yang terjadi di Argentina menciptakan kekhawatiran di negera berkembang termasuk Indonesia karena berpotensi mempengaruhi pasar keuangan.  

"Pasar keuangan cukup besar karena pengaruhi arah aliran modal. Capital modal itu pengaruh banget dengan sentimen suku bunga dan kondisi ekonomi,"  kata Andry dalam acara Macroeconomic Outlook di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Dia menjelaskan arus modal ke Indonesia akan tersendat sebab Indonesia dikategorikan bersama negara berkembang lainnya yang tengah mengalami defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD). Sebagai informasi, sepanjang tahun 2017 Indonesia mengalami defisit neraca transaksi berjalan sebesar 1,7 persen dari GDP tahun 2017.

Sementara negara berkembang lainnya yang mengalami defisit, antara lain Argentina defisit 4,8 persen, India defisit 1,9 persen, Brasil defisit 0,48 persen, Filipina defisit 0,8 persen, Turki defisit 5,5 persen, dan Afrika Selatan defisit 2,5 persen. Padahal dari indikator lainnya, seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi, fundamental ekonomi Indonesia masih bagus.

Hingga kuartal II 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,27 persen sementara inflasi tergolong rendah sebesar 3,25 persen. "Sentimen itu, membuat Indonesia dikategorikan sama dengan negara berkembang lainnya yang sedang defisit transaksi berjalan," ujarnya.

Krisis keuangan di Argentina disebabkan karena beberapa faktor terutama indikator makro ekonomi Argentina yang sangat buruk. Selain rasio defisit transaksi berjalan terhdap GDP yang tinggi, pada kuartal II 2018 Argentina mencatat inflasi sebesar 23,17 persen. Sedangkan angka pertumbuhan ekonomi hanya 3,6 persen.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini