Sukses

Ekonomi RI Kuat, BI Tetap Pantau Kondisi Turki dan Argentina

Bank Indonesia percaya kekuatan ekonomi Indonesia memiliki daya tahan dan kuat. Mereka pun mewaspadai kondisi di Turki dan Argentina.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) berkomitmen mengawasi stabilisasi nilai tukar rupiah. BI percaya ekonomi Indonesia masih kuat, meski begitu mereka turut memantau kondisi di Turki dan Argentina.

Berdasarkan rilis resmi BI, Jumat (31/8/2018), BI senantiasa mewaspadai berbagai risiko yang mungkin timbul di tengah ketidakpastian global sebagaimana yang terjadi pada Turki dan Argentina.

BI pun meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah, termasuk dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga stabilitas keuangan. BI tetap meyakini bahwa kondisi perekonomian Indonesia tetap kuat dan berdaya tahan.

Beberapa indikator perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi yang tumbuh cukup baik, dan inflasi yang rendah serta terjaga.

Berdasarkan pemantauan harga s.d. minggu V Agustus 2018, IHK diperkirakan -0,06% (mtm), atau secara year to date mengalami inflasi sebesar 2,12% (ytd), dan secara tahunan 3,19% (yoy). Kondisi stabilitas sistem keuangan juga terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh intermediasi yang kuat.

BI juga berkomitmen untuk terus mengawal ketat stabilitas nilai tukar rupiah. Serangkaian langkah pun telah ditempuh BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan.

2 dari 2 halaman

Langkah BI Jaga Stabilitas Rupiah

Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk terus mengawal ketat stabilitas nilai tukar rupiah. Serangkaian langkah pun telah ditempuh BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan.

Ada empat langkah yang dilakukan BI. Pertama, meningkatkan volume intervensi di pasar valas; kedua, melakukan pembelian SBN di pasar sekunder. Selanjutnya, BI membuka lelang FX Swap, dengan target lelang pada hari ini 400 juta dolar AS, dan; keempat, senantiasa membuka windows swap hedging.

Dengan dukungan kebijakan baik moneter, stabilitas sistem keuangan maupun fiskal yang berhati-hati (prudent), serta komitmen Pemerintah yang kuat khususnya dalam mengurangi defisit transaksi berjalan, Bank Indonesia meyakini ketahanan ekonomi Indonesia.

BI memperkirakan hingga akhir tahun defisit transaksi berjalan dapat mengarah pada 2,5 persen dari PDB pada tahun 2018, dan 2 persen dari PDB pada tahun 2019, khususnya didukung oleh beberapa kebijakan Pemerintah.

Kebijakan itu antara lain melalui kebijakan B20 yang diperkirakan dapat menurunkan defisit hingga USD 2,2 miliar, penguatan sektor pariwisata, penundaan beberapa proyek Pemerintah, dan peningkatan ekspor sekitar USD 9 s.d.10 miliar pada tahun depan.

Video Terkini