Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah. Aksi jual investor asing dan sepi sentimen positif menekan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (4/9/2018), IHSG melemah 62,27 poin atau 1,04 persen ke posisi 5.905,30. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,05 persen ke posisi 931,65. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Sebanyak 300 saham melemah sehingga menekan IHSG. 90 saham diam di tempat dan 86 saham menguat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.978,73 dan terendah 5.889,09.
Advertisement
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 280.115 kali dengan volume perdagangan 8,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 312,98 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.798.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham barang konsumsi naik 0,26 persen. Sementara itu, sektor saham industri dasar merosot 2,45 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 1,9 persen dan sektor saham tambang turun 1,33 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham SQMI naik 16,95 persen ke posisi 276 per saham, saham TMPO mendaki 13,45 persen ke posisi 194 per saham, dan saham ANJT menanjak 10,17 persen ke posisi 1.300 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MOLI melemah 18,14 persen ke posisi 970 per saham, saham MBTO merosot 13,29 persen ke posisi 137 per saham, dan saham NIKL susut 11,44 persen ke posisi 2.090 per saham.
Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,94 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,38 persen, indeks saham Shanghai menanjak 1,1 persen, indeks saham Singapura naik 0,10 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,52 persen.
Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei turun 0,05 persen dan indeks saham Thailand melemah 0,27 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, minimnya sentimen positif dari domestik serta meningkatnya sentimen negatif dari eksteral misalnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, krisis keuangan Turki, Venezuela dan Argentina menekan laju IHSG.
"Serta adanya sentimen kenaikan suku bunga the Federal Reserve pada bulan ini menyebabkan para pelaku pasar lebih cenderung memilih untuk wait and see. Akibatnya baik rupiah maupun IHSG mengalami pelemahan," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Â
IHSG Menghijau di Awal Sesi Perdagangan
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Investor asing melakukan aksi beli.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa 4 September 2018, IHSG menguat 7,18 poin atau 0,12 persen ke posisi 5.974,76.
Penguatan tersebut berlanjut pada pembukaan perdagangan saham pukul 09.00 WIB dengan menguat tipis 4,31 poin atau 0,07 persen ke posisi 5.972,60.
Indeks saham LQ45 ikut naik 0,09 persen ke posisi 942,07. Seluruh indeks saham acuan kompak berada di zona hijau.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.978,73 dan terendah 5.970,65.
Sebanyak 95 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 52 saham melemah dan menekan IHSG. Selain itu 116 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 9.292 kali dengan volume perdagangan 91 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 104,2 miliar.
Investor asing beli saham Rp 4,12 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.810.
Hari ini, sektor saham yang menguat dan melemah sama besar. Sektor tang menguat adalah pertambangan, kontruksi, infrastruktur dan keuangan.
Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham SMDM mendaki 7,38 persen ke posisi Rp 160 per saham, saham LRNA naik 6,86 persen menjadi Rp 109 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TMPO turun 9,26 persen ke posisi Rp 155 per saham, saham MOLI merosot 5,06 persen ke posisi Rp 1.120 per saham.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement