Sukses

Kemendag: Deflasi Agustus Bukan karena Daya Beli Turun

Kementerian Perdagangan menegaskan deflasi yang terjadi pada Agustus 2018 bukan disebabkan penurunan daya beli masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan deflasi yang terjadi pada Agustus 2018 bukan disebabkan penurunan daya beli masyarakat, melainkan turunnya harga-harga bahan kebutuhan pokok masyarakat usai Lebaran dan Idul Adha.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag, Kasan, mengatakan saat ini sejumlah komoditas pangan memang dalam tren menurun, seperti beras dan telur ayam.

"Deflasi ini dari bahan pangan, beras juga turun. Ini dari harga pangan," ujar dia di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (5/9/2018).

Menurut dia, selama ini daya beli masyarakat masih cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan inflasi inti (core inflation) yang masih terus mengalami kenaikan.

"Yang saya lihat core inflation-nya masih naik, jadi daya belinya naik. Jadi, deflasi ini bukan disebabkan oleh daya beli yang turun. Tapi ini lebih kepada kita bisa mengendalikan variabel harga pangan," kata dia.

Kasan mengatakan, dengan deflasi yang terjadi di Juli membuktikan bahwa upaya pemerintah untuk mengendalikan harga pangan saat hari raya keagamaan membuahkan hasil. Hal tersebut diharapkan berlanjut hingga akhir tahun.‎

"Ini harganya banyak yang sudah turun," kata dia.

2 dari 2 halaman

BI: Koreksi Harga Pangan Dorong Deflasi Agustus 2018

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) tetap terkendali pada Agustus 2018 di kisaran 3,5 persen plus minus satu persen.

Adapun IHK pada Agustus 2018 mengalami deflasi 0,05 persen (month to month/mtm), usai bulan sebelumnya catat inflasi 0,28 persen.

Deflasi yang terjadi di tengah masuknya periode Idul Adha tersebut juga berbeda bila dibandingkan dengan rata-rata historis periode Idul Adha dalam empat tahun terakhir yang mencatat inflasi 0,19 persen (mtm).

Deflasi IHK pada bulan ini terutama bersumber dari deflasi kelompok volatile food dan administered prices, disertai melambatnya inflasi inti.

Dengan perkembangan itu, inflasi secara kumulatif hingga Agustus 2018 tercatat 2,13 persen year to date (ytd). Secara tahunan mencapai 3,2 persen year on year (yoy) atau masih berada dalam kisaran sasaran inflasi.

Kelompok volatile food mencatat deflasi seiring koreksi harga beberapa komoditas pangan. Kelompok volatile food alami deflasi 1,24 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 0,90 persen (mtm).

Deflasi kelompok volatile food tersebut juga lebih dalam bila dibandingkan dengan rata-rata historis deflasi periode Idul Adha empat tahun terakhir sebesar 0,44 persen (mtm).

Deflasi terutama bersumber dari koreksi harga beberapa komoditas pangan antara lain telur ayam, bawang merah, daging ayam ras, bayam, cabai merah, dan cabai rawit.

Dilihat tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 4,97 persen (YoY), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 5,36 persen (YoY).

Kelompok administered prices kembali mengalami deflasi terutama karena koreksi tarif angkutan udara. Deflasi kelompok administered prices pada Agustus 2018 tercatat 0,06 persen (mtm), setelah pada bulan sebelumnya juga mencatat deflasi 0,68 persen (mtm).

"Deflasi yang terjadi pada kelompok administered prices ini berbeda bila dibandingkan dengan rata-rata historis periode Idul Adha selama empat tahun terakhir yang mencatat inflasi 0,31 persen (mtm)," ujar Direktur Eksekutif Departmen Komunikasi BI, Agusman, dalam keterangan tertulis, Senin (3/9/2018).

Deflasi kelompok administered prices pada Agustus 2018 disebabkan oleh berlanjutnya koreksi harga tarif angkutan udara ke level harga sebelum Idul Fitri.

Secara tahunan, komponen administered prices mencatat inflasi sebesar 2,55 persen (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 2,11 persen (yoy).

 

Video Terkini