Sukses

Rupiah Melemah, OJK Perketat Pengawasan Penggunaan Valas

Sebagai bentuk kewaspadaan dan antisipasi resiko yang timbul, OJK mulai mengintensifkan pengawasan penggunaan valas di seluruh industri jasa keuangan.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai mengambil aksi seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Saat ini, nilai tukar rupiah sudah berada di level 14.900 per dolar AS.

Sebagai bentuk kewaspadaan dan antisipasi resiko yang timbul, OJK mulai mengintensifkan pengawasan penggunaan valas di seluruh industri jasa keuangan.

“OJK mengintensifkan pengawasan di sektor jasa keuangan sebagai bagian monitoring secara reguler baik secara on site maupun off site supervisory terhadap seluruh kegiatan industri jasa keuangan, termasuk terkait transaksi valas. Terutama pengawasan yang ketat dan intensif untuk memastikan transaksi valas dilakukan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan underlying-nya," kata Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot, Rabu (5/9/2018).

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku akan bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS.

Menurutnya, kondisi rupiah saat ini tidak perlu ditanggapi berlebihan, bahkan hingga ada yang mengasumsikan mendekati krisis.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memgatakan saat ini rupiah belum mengganggu stabilitas industri keuangan Indonesia.

"Jadi tidak perlu khawatir (soal pelemahan rupiah). Fundamental kita kuat kondisi sejak minggu lalu karena sentimen negatif yang sifatnya sementara akibat kondisi ekstenal," kata Wimboh kepada Liputan6.com.

Wimboh percaya, BI akan melakukan operasi pasar selama keperluan dolar adalah untuk pembayaran impor, pembayaran bunga ke luar negeri dan/atau pembayaran hutang, maupun keperluan lain yang ada underlying.

"Cadangan devisa kita cukup untuk memenuhi kebutuhan impor maupun keperluan lain yang sudah ada underlying. Inflow portofolio asing masih terus terjadi. Selain itu, pemerintah sudah mempunyai komitmen untuk mengatur kembali kebutuhan dolar dalam rangka proyek pemerintah tanpa menimbulkan hambatan terhadap program-program yang sudah berjalan," papar Wimboh. 

2 dari 2 halaman

Rupiah Melemah ke Posisi 14.927 per Dolar AS Imbas Turki dan Argentina

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Bahkan di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah sentuh 14.900 per dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank, rupiah melemah 0,58 persen ke posisi 14.927 per dolar AS pada Rabu (5/9/2018) dari periode Selasa, 4 September 2018 di posisi 14.840 per dolar AS.

Sementara itu, data Bloomberg, rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS. Rupiah menguat 10 poin ke posisi 14.925 per dolar AS dari penutupan kemarin di posisi 14.935. Rupiah bergerak di kisaran 14.925-14.933 pada Rabu siang ini. Nilai tukar rupiah juga sudah merosot 10,17 persen sejak awal tahun.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menegaskan, pelemahan nilai tukar rupiah lebih didorong sentimen eksternal. Hal itu sebagai dampak dari kekhawatiran efek menularnya krisis keuangan di Turki dan Argentina terhadap negara berkembang.

"Sentimen cukup negatif di negara berkembang terutama di pasar keuangan mulai dari saham, obligasi. Perspektif investor global terhadap emerging market mulai dari Turki hingga Afrika Selatan berpotensi krisis buat kepanikan dan kekhawatiran," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.

Sentimen kekhawatiran krisis Turki, Argentina dan Afrika Selatan berimbas terhadap negara berkembang yang alami defisit transaksi berjalan yang cenderung naik.

Defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal II 2018 atau sekitar USD 8 miliar.

Meski demikian, menurut Josua, kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih jauh lebih stabil dibandingkan ekonomi negara berkembang lainnya. "Ini bukan semata-mata faktor fundamental, tetapi sentimen. Dikhawatirkan ada penularan krisis, tetapi kondisi kita (Indonesia) sangat kuat," kata dia.

Josua menambahkan, Indonesia memiliki bantalan kuat mulai dari cadangan devisa dan suplai dolar AS. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), cadangan devisa Indonesia tercatat USD 118,31 miliar pada 31 Juli 2018.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah prioritaskan untuk jaga kestabilan nilai tukar rupiah. Pemerintah dan BI koordinasi untuk implementasi kebijakan yang dapat tekan defisit neraca transaksi berjalan.

Selain itu, diharapkan pemerintah dapat melakukan komunikasi dengan investor dan menjelaskan kalau kondisi ekonomi Indonesia lebih baik. Hal ini dilakukan agar mencegah aliran dana investor asing keluar dari Indonesia.

"Kebijakan kurangi impor barang tidak produktif seperti barang mewah. Bank Indonesia juga day to day intervensi di pasar dengan beli SUN. Imbal hasil SUN bertenor 10 tahun sudah 8,4 persen kalau tidak diintervensi bisa lebih besar. Ini dalam jangka pendek bisa menahan sentimen negatif yang berkembang," kata dia.

Josua menilai, jangan membandingkan kondisi nilai tukar rupiah pada 1998 dengan saat ini. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia lebih kuat. “Kalau 1998 rupiah depresiasi sekitar 200 persen. Saat ini dari awal tahun rupiah bergerak di kisaran 13.800 sekarang sekitar 15 ribu, melemah 11 persen,” ujar dia.

Namun, memang upaya menstabilkan rupiah tetap diperlukan untuk menjaga sektor riil.

  • Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan di sektor keuangan.

    OJK

  • Rupiah Indonesia adalah mata uang resmi yang berlaku di Indonesia.

    rupiah

Video Terkini