Sukses

Setiap Rupiah Melemah 100 per Dolar AS, Penerimaan Negara Bertambah Rp 4,7 Triliun

Defisit total APBN sampai Agustus 2018 mencapai Rp 150 triliun turun dibanding tahun lalu sebesar Rp 220 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri rapat kerja dengan komisi XI DPR RI. Dalam kesempatan tersebut, DPR mempertanyakan pengaruh fluktuasi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

Sri Mulyani mengatakan, setiap pelemahan 100 per dolar AS menyumbang penerimaan Rp 4,7 triliun dan belanja juga naik sebesar Rp 3,1 triliun. Oleh karena itu, keseimbangan APBN sebesar Rp 1,6 triliun apabila melemah 100 per dolar AS.

"Jadi kenaikan penerimaan lebih tinggi dari belanja sehingga total balance-nya adalah positif Rp 1,6 triliun," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Sri Mulyani menjelaskan, realiasi penerimaan negara sampai dengan 31 Agustus 2018 menunjukkan kenaikan sebesar 18,4 persen. Sementara perpajakan mengalami kenaikan sebenar 16,5 persen.

"Ini pertumbuhan yang sangat tinggi. Dibandingkan tahun lalu, tax growth kita untuk posisi Agustus hanya tumbuh 9,5 persen sekarang kita tumbuh 16,5 persen. Jadi kenaikan yang sangat tinggi," jelasnya.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga mengalami perbaikan dipengaruhi oleh harga komoditas yang terus membaik. Hingga 31 Agustus PNBP tumbuh 24,3 persen naik dibanding tahun lalu yang hanya mencapai 20,2 persen.

"PNBP kita kan harga komoditas meningkat tahun lalu sudah tumbuh tinggi 20,2 persen. Namun dengan kenaikan yang saya sampaikan tadi, harga komoditas mulai recovery dan kurs kita sekarang 24,3 persen. Masih lebih tinggi dari tahun lalu," jelas Sri Mulyani.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Total Defisit APBN

Secara keseluruhan, kata Sri Mulyani, defisit total APBN sampai Agustus 2018 mencapai Rp 150 triliun turun dibanding tahun lalu sebesar Rp 220 triliun. Pemerintah akan terus menjaga defisit tetap berada pada target yang ditetapkan dalam APBN 2018.

"Jadi ini perbaikan dari sisi postur APBN. Kami tetap menjaga fiskal tetap hati-hati karena dalam situasi yang tidak pasti ini kita butuh APBN untuk menjaga ekonomi baik stabilitasi maupun alokasi dan distribusi. Sehingga bisa digunakan dalam mengelola ekonomi yang sangat besar."  tutup dia. 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com