Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka pada level 14.835 per Dolar Amerika Serikat (AS), melemah tipis dibandingkan penutupan sebelumnya di posisi 14.820.Â
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan nilai tukar saat ini berbeda dengan kondisi pada 1998. Pelemahan yang terjadi saat ini juga terjadi di negara lain.
Baca Juga
"Enggak perlu dikhawatirkan karena negara lain juga melemah. Bahkan jauh lebih daripada kita. Negara seperti Australia juga melemah sama dengan kita, Selandia Baru juga melemah sama seperti kita," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).
Advertisement
Untuk itu, Mirza memastikan ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat dibandingkan kondisi 1998.
Bank Sentral akan terus ada di pasaran untuk memastikan stabilisasi nilai tukar mata uang Garuda.
"Jadi tidak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena fundamental ekonomi kita kuat. (Berarti masih aman?) aman," jelasnya.
Â
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Kebijakan Pengendalian Rupiah Tak Ganggu Pertumbuhan Ekonomi di 2019
Pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan guna mengendalikan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat(AS) dan memperbaiki defisit transaksi berjalan, seperti kenaikan tarif pajak penghasilan (PPh) impor pasal 22.
Namun kebijakan ini dikhawatirkan akan memuat target pertumbuhan ekonomi di tahun depan tidak sesuai dengan harapan.
Staf Ahli Menteri Keuangan Robert Leonard Marbun mengatakan, meski ada sejumlah kebijakan secara jangka pendek dan menengah yang ditujukan untuk mengendalikan pelemahan nilai tukar rupiah, pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan masih positif.
"Jika dilihat dari inflasi rata-rata tahun depan masih di kisaran 3,5 persen, konsumsi rumah tangga sekitar 4,1 persen," ujar dia dalam Forum Merdeka Barat 9 di Jakarta, Senin (10/9/2018).
Selain itu, lanjut dia, berbagai rating lembaga internasional dan Bank Dunia juga masih menyatakan jika ekonomi Indonesia masih bertumbuh tumbuh positif di tahun depan, yaitu sekitar 5,2 persen.
"Pertumbuhan ini masih ditopang dari industri pengolahan yang meningkat dari 4,3 persen menjadi 5,1 persen 2019. Jasa keuangan juga masih tumbuh begitu pula industri jasa dan logistik. Begitu pula industri asuransi," tandas dia.
Â
Advertisement