Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pengusaha untuk membawa pulang Devisa Hasil Ekspor (DHE) ke Tanah Air. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pada beberapa waktu belakangan.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Budi Gunadi Sadikin memastikan seluruh perusahaan holding tambang BUMN telah membawa DHE ke dalam negeri. Adapun anggota holding tambang BUMN adalah PT Aneka Tambang, PT Timah, dan PT Bukit Asam.
Advertisement
Baca Juga
"Mungkin kalau kita enggak masalah. Karena semua bank kita dalam negeri. Kalau kita banknya dalam negeri otomatis uangnya masuk. Kita semuanya di sini," ujar Budi di The Energy Building, Jakarta, Rabu (12/9).
Meski demikian, Budi mengatakan, tidak semua eksportir menempatkan DHE nya di dalam negeri. Hal tersebut dipicu oleh beberapa hal antara lain peminjaman dana yang dilakukan diluar negeri seperti di Singapura dan Hongkong.
"Karena kan banyak yang pinjam nya dari Singapur, pinjam dari Hongkong. Mereka punya subsidery di sana atau SPV di sana. Sehingga akibatnya ditarik pinjamannya dari sana. Umumnya begitu. Pengalaman bekas bankir," jelas Budi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengusaha Simpan Devisa Ekspor di RI Bakal Perkuat Rupiah
Sebelumnya, pemerintah dinilai harus segera menyiapkan obat untuk mengatasi merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Senior, Anwar Nasution menyatakan pemerintah harus segera menyiapkan strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk perkuat nilai tukar rupiah.
"Jangka pendek ini penting. Sama dengan kau sakit panas temperatur hampir 40 derajat celcius, maka obat yang paling ampuh di situ bukan lagi panadol bukan lagi peracetamol, jamu masuk, tapi antibiotik yang paling kuat. Ini supaya turun," kata Anwar pada Sabtu 8 September 2018.
BACA JUGA
Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tersebut menegaskan salah satu antibiotik ampuh saat ini adalah memaksa para pengusaha membawa pulang Devisa Hasil Ekspor (DHE), terutama yang selama ini diparkir di luar negeri.
"Kalau sekarang itu harus lakukan capital control, dipaksa itu para eksportir-eksportir itu taruh uangnya sementara di Indonesia," ujar dia.
Agar pengusaha tersebut tertarik, lanjutnya, harus diberi penawaran menarik dalam bentuk bunga. Selain itu, agar devisa hasil ekspornya berbuba, bisa disimpan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang baru-baru ini kembali dikeluarkan oleh BI setelah beberapa tahun sempat dihentikan.
"Bunga SBI mahal ya. Supaya rupiah itu mereda (simpan DHE dalam bentuk SBI)," ujar dia.
Anwar menegaskan pengusaha jangan hanya diimbau untuk menaruh DHE di tanah air, melainkan harus sudah dipaksa. "Dipaksakan, jangan hanya imbauan. Ah imbau-imbau tidak ada itu. Paksakan," tegas dia.
Paksaan tersebut juga menurut dia bisa dituangkan dalam suatu bentuk peraturan sehingga akan mengikat para eksportir untuk menaruh DHE mereka di dalam negeri.
"Dipaksa mereka naruh uangnya dalam bentuk SBI, masukkan ke BI sana. Itu yang harus dilakukan supaya mengendap disini beberapa bulan, jangan ada hasil ekspor masuk Singapura atau Hongkong. Emangnya jaman VOC (penjajahan) itu nanam tembakau di Jawa Tengah, uangnya taruh di Belanda,” ujar dia
Setelah itu, Anwar menyatakan upaya-upaya untuk mendongkrak ekspor bisa dilakukan maksimal. Sebab, ekspor tidak bisa dilakukan secara instan.
"Ekspor tidak gampang untuk kelapa sawit saja perlu 5 tahun. Untuk ekspor kerudung (tekstil) perlu menjahit, enggak gampang," tutur dia.
Advertisement