Liputan6.com, Jakarta Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) portabel atau Mobil Power Plant (MPP) Jeranjang Nusa Tenggara Barat (NTB), masih menantikan pasokan gas. Saat ini untuk mengoperasikan pembangkit tersebut menggunakan bahan bakar High Speed Diesel (HSD).
Deputi Manajer Operasi Pembangkit PLN Wilayah NTB, Kurniawan mengatakan, saat ini listrik dari PLTG MPP sudah masuk dalam sistem kelistrikan Lombok. Namun karena masih menggunakan HSD maka pengoperasianya masih digunakan saat beban puncak saja.
"Kami beroperasi dulu support penyediaan listrik, sementara kita operasikan di peaker saja, jadi ini sebagai follower saja," kata Kurniawal, dikutip di Jakarta, Kamis (13/9/2018).
Advertisement
Menurut dia, pembangkit tersebut terpaksa menggunakan bahan bakar solar karena belum mendapat pasokan gas. Dia memastikan pembangkit berkapasitas 2 X 25 Mega Watt (MW) tersebut sudah mendapat pasokan gas pada 2019. "Saat ini beroperasi masih HSD, gas menunggu 2019," tutur dia.
Dia mengungkapkan, setelah beroperasi dengan energi gas, pembangkit tersebut akan berubah fungsi menjadi pembangkit utama untuk melistriki Lombok. Dengan demikian PLTG ini tidak lagi beroperasi saat beban puncak saja.
"Nanti setelah gas masuk kita jadikan base load. Saat ini kita optimalkan batubara dan hydro," dia menambahkan.
PLN Hemat Rp 1,2 Miliar dari PLTU Jeranjang Lombok
PT PLN (Persero) mencatat dapat menghemat Rp 1,2 miliar per hari atas pengurangan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang Unit 1 dan 3, Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).
Deputi Manajer Enjinering Pembangkit PLN Wilayah NTB, Adam Priyo mengatakan, kehadiran PLTU Jeranjang unit 1 pada April 2016 dan unit 3 pada Desember 2012 membawa dampak positif pada penurunan Biaya Pokok Produksi (BBP) listrik. Ini karena mengurangi penggunaan Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
"PLTU Jeranjang menurunkan BPP siginfikan, karena sebelumnya hampir 60 persen lebih BBM," kata Adam, di PLTU Jeranjang, Lombok, Rabu (12/9/2018).
Baca Juga
Adam menuturkan, meski hanya menyumbang 17,7 persen ke kelistrikan Lombok, peran PLTU Jeranjang sangat besar dalam penghematan produksi listrik, mencapai Rp 600 juta per hari untuk satu unitnya. Selain itu, Rp 1,2 miliar per hari dengan dioperasikanya dua unit pembangkit dengan kapasitas masing-masing 25 Mega Watt (MW).
"Penghematan satu unit beroperasi Rp 600 juta per hari, dia mampu menghemat minyak," tutur dia.
Adam melanjutkan, penghematan didapat karena harga batubara sebagai sumber energi PLTU jauh lebih murah, ketimbang harga BBM sumber energi PLTD.
Ke depannya, PLN wilayah Lombok akan terus berupaya mengurangi penggunaan PLTD dan menggantikan dengan pembangkit dengan sumber energi yang jauh lebih murah untuk menurunkan BPP di wilayah tersebut agar lebih hemat.
"Kita on progres biaya bikin listrik murah, program kedepan minyak ini semakin dikurangi.
Untuk diketahui, saat ini porsi pasokan listrik Lombok sebanyak 256 MW teridiri dari, PLTG MPP 18,1 persen, PLTD Sewa 24,1 persen, PLTU Jeranjang 17,7 persen, PLTU IPP 17,7 persen, PLTMH 3,6 persen.
Advertisement