Liputan6.com, Jakarta - Direktur Teknologi Informasi Digital PT Pegadaian (Persero) Teguh Wahyono menyatakan Pegadaian tidak ingin menjadikan industri keuangam berbasis teknologi atau fintech sebagai saingan. BUMN tersebut justru ingin berkolaburasi dengan perusahaan fintech.
Oleh sebab itu, dalam waktu dekat Pegadaian akan menggandeng beberapa fintech berbasis pinjam meminjam atau peer to peer lending (P2PL) untuk bekerjasama.
"Jadi kita mengundang fintech ini kan sebagian besar peer to peer jadi mereka tidak punya uang sendiri tetapi uang yang minjam dari peer lain. Nah kami siap jadi lender (peminjam) mereka," kata Teguh di Jakarta Pusat, Kamis (13/9/2018).
Advertisement
Pegadaian akan berperan sebagai lender yang menggelontorkan dana bagi peminjam.
"Jadi fintech-fintech yang peer to peer tadi bisa datang ke pegadaian untuk kerja sama, channeling sehingga mereka yang menyalurkan, dananya dari Pegadaian," ujarnya.
Baca Juga
Sejauh ini, lanjutnya, sudah ada 5 fintech besar di Tanah Air yang mengajukan diri untuk bekerjasama dengan Pegadaian. Namun dia enggan menyebutkan nama-nama fintech tersebut.
"Sudah ada beberapa nama yang dalam proses sekarang. Fintech gede-gede. Mereka minta sampai Rp 500 miliar gitu." kata dia.Â
Kerjasama ini ditargetkan bisa terealisasi di triwulan IV 2018. Pegadaian juga tidak membatasi jumlah fintech yang ingin bekerjasama.
"Jadi nanti mereka minjem uang dari kita dan mereka pinjamkan ke nasabahnya, harganya gimana mereka. Kita dealnya dgn mereka adalah harga 'kulakan'," jelasnya.
Selain itu, Pegadaian juga menjalin kerjasama dalam bidang teknologi dengan fintech tersebut.
"Kita juga kerjasama teknologi karena kita juga sedang mengembangkan platform. Karena gini, sebagian fintech tadi kan ada yang fokus di online ada yang fokus di offline. Nah kita pengennya menjangkau semua, itulah kenapa kita kerjasama dengan banyak pihak fintech."
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Filter Nasabah
Ke depannya, Pegadaian juga akan melakukan filter nasabah yang layak mendapat kredit dan yang tidak layak.
"Karena yang penting di situ ada dua, satu adalah bagaimana membuat sistem untuk menseleksi para nasabahnya yang layak dapat kredit itu, itu restricting (pembatasan). Yang kedua mungkin collection." kata Teguh.
Dia mengungkapkan Pegadaian tidak main-main dalam transformasi digital tersebut. Bahkan separuh dari Capex (Capital Expenditure) Pegadaian tahun ini dialokasikan untuk digitalisasi.
"Total capex Pegadaian tahun ini Rp 1 Triliun lebih. Tapi kira-kira hampir 50 persen memang dipakai untuk digital. Banyak program yang dilakukan termasuk memperbaiki infrastrukturnya dimulai dari membangun data center, DRC, cyber security, big data." pungkas dia.
Reporer: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement