Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sehat dapat melindungi negara dari berbagai gejolak ekonomi global seperti yang terjadi saat ini.
Sri Mulyani bahkan mengibaratkan APBN yang sehat sebagai rumah yang kokoh. "Dengan APBN kita yang sehat kita bersyukur kita mampu menghadapi kondisi turbulance dari luar. Bayangkan kalau itu lemah maka yang terjadi seperti di Argentina," ujar Sri Mulyani di Hotel Kempinsky, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan, APBN sehat juga harus dicapai agar Indonesia tidak mengalami seperti yang terjadi di Turki. Di mana akibat tekanan kondisi global, Turki menaikkan suku bunga hingga 600 basis poin dari sebelumnya 17 persen menjadi 24 persen.
"Turki harus naikkan sampai 600 bps dari 17 jadi 24 persen. Itu karena inflasi tidak stabil APBN lemah dan neracanya lemah. Rumah kita harus kokoh kalau hadapi badai. Di luar itu tidak selalu sunshine bright and happy. Tapi dari yang hujan rintik, deras dan badai," jelas dia.
Pemerintah terus mengamankan APBN 2018. Sampai saat ini defisit APBN mencapai Rp 150 triliun, turun jika dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp 224 triliun.
"Karena itu APBN kita sampai 2018 September ini yang biasanya kita defisit cukup besar. Tahun lalu capai Rp 224 triliun tahun ini defisitnya Rp 150 triliun jauh lebih kecil. Bahkan primary balance posisi APBN kita posisi Rp 11 triliun. Tahun lalu negatif Rp 84 triliun," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Rupiah hingga Impor Bisa Bikin Ekonomi Hanya Tumbuh 5,1 Persen di 2019
Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah menyepakati pertumbuhan ekonomi pada 2019 sebesar 5,3 persen. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa meleset di angka 5,15 persen.
"Downside risk bisa meleset di 5,15 persen," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja dengan komisi XI DPR di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Kamis (13/9).
Adapun prediksi tersebut berdasarkan kondisi terkini dalam negeri. Beberapa diantaranya adalah gejolak fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dan impor yang akan mengalami penurunan di 2019.
"Kita kan sudah menyampaikan bahwa situasi ini kan harus kita terus waspadai sampai dengan akhir tahun ini. Tadi kita sampaikan beberapa dinamika yang terutama berkaitan dengan nilai tukar yang kemudian terlihat dalam dinamika eksternal account kita," jelasnya.
Penurunan impor ke depan akan berpengaruh kepada investasi dan konsumsi. "kita memproyeksikan impor akan sedikit menurun oleh karena itu akan mempengaruhi apakah itu disisi investasi maupun konsumsi," jelas Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani berharap, ekspor tahun depan akan menggeliat. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan dalam APBN nantinya dapat tercapai.
"Faktor yang berhubungan dengan impornya makin rendah, kita harapkan ekspornya bisa makin tinggi. Jadi harusnya growth momentumnya cukup positif namun kita harus waspada dari sisi growth investasi yang selama ini kita harapkan tumbuh diatas 7 persen."
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement