Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) hampir menyelesaikan proses peralihan saham PT Freeport Indonesia menjadi 51 persen. Setelah proses tersebut diselesaikan, ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Ketua Indonesia Mining Institute, Irwandi Arif mengatakan, kepemilikan saham Freeport Indonesia sebesar 51 persen harus melakukan optimalisasi pertambangan, sehingga memberikan nilai tambah bagi negara dan perusahaan.
Baca Juga
"Akuisisi ini memberikan nilai tambah ke Inalum khususnya ke negara, ini dilakukan dengan hati-hati, sinergi optimasi semua proses pertambangan," kata Irawandi, dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Senin (17/9/2018).
Advertisement
Irwandi mengungkapkan, Inalum juga harus meningkatkan eksplorasi untuk menambah cadangan mineral. Hal ini untuk menjaga tingkat produksi mineral tembaga.
"Karena perusahaan tambang nyawanya cadangan harus di ikuti dengan eksplorasi, ini harus dilakukan dengan penuh kesadaran perusahaan pertambangan," ujar Irwandi.
Irwandi mengatakan, Inalum juga harus tetap menjaga budaya kinerja dan meningkatkan profesionalitas, agar tingkat produksi mineral tembaga yang diproduksi dari tambang.
"Saya pikir harus dijaga apalagi masuk bawah tanah, perencanaan produksi harus dihormati," kata dia.
Bos Inalum Janji Bawa Pulang Devisa Hasil Ekspor
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pengusaha untuk membawa pulang Devisa Hasil Ekspor (DHE) ke Tanah Air. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pada beberapa waktu belakangan.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Budi Gunadi Sadikin memastikan seluruh perusahaan holding tambang BUMN telah membawa DHE ke dalam negeri. Adapun anggota holding tambang BUMN adalah PT Aneka Tambang, PT Timah, dan PT Bukit Asam.
"Mungkin kalau kita enggak masalah. Karena semua bank kita dalam negeri. Kalau kita banknya dalam negeri otomatis uangnya masuk. Kita semuanya di sini," ujar Budi di The Energy Building, Jakarta, Rabu 12 September 2018.
Meski demikian, Budi mengatakan, tidak semua eksportir menempatkan DHE nya di dalam negeri. Hal tersebut dipicu oleh beberapa hal antara lain peminjaman dana yang dilakukan diluar negeri seperti di Singapura dan Hongkong.
"Karena kan banyak yang pinjam nya dari Singapur, pinjam dari Hongkong. Mereka punya subsidery di sana atau SPV di sana. Sehingga akibatnya ditarik pinjamannya dari sana. Umumnya begitu. Pengalaman bekas bankir," ujar Budi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement