Liputan6.com, Palembang - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kembali mengingatkan mengenai permasalahan sampah di wilayah perairan Indonesia. Hal ini ia sampaikan dalam kuliah umumnya yang bertema “Jayakan Perikanan dan Kelautan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia” di Universitas Sriwijaya, Palembang, senin (17/09/2018).
Baca Juga
Advertisement
Isu sampah memang salah satu problematika yang menjadi perhatian Kementerian Kelautan dan Perikanan. Terkait pembahasan mengenai sampah, Susi mengingatkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah acara Our Ocean Conference di Bali pada 29-30 Oktober mendatang. Konferensi tersebut akan dihadiri oleh delegasi yang berasal dari 160 negara.
Oleh karena itu, Susi berharap Indonesia berkomitmen untuk mencapai target pembentukan kawasan konservasi lautnya, yaitu sebesar 20 juta hektar. Selain itu, ia juga ingin Indonesia berkontribusi dalam mengurangi 70 persen sampah di lautan.
“Jangan sampai sampah di laut kita meningkat. Karena kalau tidak, nanti 2030 akan lebih banyak sampah di laut atau sungai daripada ikannya,” lanjut Menteri Susi.
Program Budidaya
Selain masalah sampah, degradasi lingkungan juga menjadi problematika di wilayah perairan. Menteri Susi menyatakan, degradasi laut mengakibatkan adanya penurunan produksi perikanan di Sumatera Selatan, khususnya ikan air tawar di perairan umum.
Menteri Susi mengusulkan diberlakukannya program budidaya dengan restocking perairan umum agar pertumbuhan perikanan daerah meningkat. Ia menyatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan siap memberikan bantuan yang diperlukan.
“Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan senang hati akan memberikan bantuan, baik bibit maupun teknologi apapun yang diperlukan. Eskavator bila diperlukan juga silahkan ajukan. Untuk kita bisa membantu daerah, menjadikan lumbung ikan nasional di setiap wilayahnya,” ujarnya.
Advertisement
Poros Maritim Dunia
Susi juga menghimbau agar pembangunan yang dilakukan, khususnya di wilayah perairan, harus sesuai kaidah keberlanjutan (sustainability) agar wilayah air tetap produktif. Ia harap, setiap pihak dapat bekerjasama dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia pada 2045 mendatang.
Susi menegaskan pentingnya bersinergi dalam mempersiapkan diri menghadapi revolusi industri di era digital dan persaingan global yang semakin ketat.
“Kita tidak boleh kalah oleh kemajuan jaman. Kita tidak boleh terkucil oleh globalisasi. Kita harus beradaptasi. Kita harus memastikan bahwa sumber daya alam kita, kita miliki kedaulatannya dan kita menguasai pengelolaannya. Pastikan laut Indonesia berdaulat,” tutupnya.
(Felicia Margaretha)