Sukses

Rupiah Melemah, Ekonom Senior UI Imbau Investor Tak Panik

Dekan Fakultas Ekonomi UI Ari Kuncoro menuturkan, peran BI sangat penting dalam upaya atasi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro meminta investor tak panik dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Diketahui rupiah kembali menyentuh Rp 14.900 per dolar AS.

"Asalkan enggak panik, kita tahu masalahnya seperti apa, dia akan kembali ke situasi Rp 14.700. Tugas kita sekarang seperti kalau ada hujan jangan koar-koar dulu, di dalam rumah, siaga akhirnya hujan berhenti kembali lagi," ujar dia saat ditemui di Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Dia menjelaskan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat lebih disebabkan oleh tekanan faktor eksternal, terutama rencana Presiden AS Donald Trump untuk kembali berlakukan tarif 10 persen terhadap barang-barang impor China senilai USD 200 miliar. 

"Trump itu buat lewat Twitter dia akan terus dengan niatnya yang USD 200 miliar. Sekali lagi timbulkan tekanan, terutama untuk arus modal saham, jadi mulai lagi bergerak ke arah aset aman, yaitu USD. Mereka sementara di situ dulu, sementara obligasi arus masuk agak berkurang, tapi karena neraca dagang defisit, maka itu menimbulkan tekanan, sehingga terjadi Rp 14.900," kata dia.

Peran Bank Indonesia (BI) pun akan sangat penting dalam upaya dalam mengatasi depresiasi nilai tukar rupiah serta menjaga stabilitas rupiah ke depan.

"Jadi, ini menunjukan pada kita bahwa manajemen jangka pendek dari BI sangat penting. Bank Indonesia itu ada tiga cara. Melalui tingkat bunga, cadangan devisa, dan intervensi di pasar surat berharga. Harus digunakan dalam campuran yang optimal," kata dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Penjelasan BI soal Rupiah Kembali Sentuh 14.900 per Dolar AS

Sebelumnya, nilai tukar rupiah kembali melemah dalam pada perdagangan Selasa pagi. Bahkan, rupiah kembali ke level 14.900 per dolar AS. Dilansir Bloomberg, Selasa, (18/9/2018), mata uang Garuda tersebut melemah 39 poin ke Rp 14.919 per dolar AS.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan depresiasi rupiah lebih disebabkan oleh sentimen global, seperti langkah AS menetapkan tarif baru bagi China.

"Itu yang paling berperan dari risiko AS-China yang cukup (berperan) dan memengaruhi emerging countries, currency," kata dia saat ditemui, di Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Selasa 18 September 2018.

Dia berharap risiko dari faktor eksternal tidak akan memberikan tekanan yang terlalu besar terhadap rupiah. "Mudah-mudahan tekanannya enggak begitu besar karena itu salah satu risiko yang kita lihat sebagai risiko eksternal," kata dia.

Bank Indonesia, ujar Dody, akan terus berupaya menjaga stabilitas rupiah dengan berbagai bauran kebijakan. "Kita terus jaga rupiah, stabilitas rupiah dan intervensi pun akan kita lakukan secara terukur," jelasnya.

"Kami akan lihat di minggu depan di RDG. Semua risiko kita lihat di eksternal dan domestik, tidak ada yang baru dengan proses yang kita lakukan dari bulan-bulan sebelumnya," tandas dia.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini.

Mengutip Blooomberg, Selasa, 18 September 2018, rupiah dibuka di angka 14.897 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.880 per dolar AS.

Menjelang siang, rupiah terus melemah hingga menyentuh 14.933 per dolar AS.

Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.897 per dolar AS hingga 14.933 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 10,17 per dolar AS.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 14.908 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.859 per dolar AS.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â