Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak AS melonjak hampir 2 persen ada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Pendorong lonjakan tersebut adalah permintaan minyak olahan atau bensin yang besar di tengah kekhawatiran turunnya pasokan global akibat sanksi AS kepada Iran.
Mengutip Reuters, Kamis (20/9/2018), harga minyak mentah AS ditutup naik USD 1,27 atau 1,8 persen ke level USD 71,12 per barel.
Sedangkan harga minyak Brent juga naik tetapi tidak terlalu tinggi. Harga patokan minyak global tersebut berakhir naik 37 sen atau 0,5 persen ke levell USD 79,40 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Persediaan minyak mentah AS turun 2,1 juta barel pada pekan lalu menjadi 394,1 juta barel. Angka ini merupakan angka terendah sejak Februari 2015. Stok bensin juga turun 1,7 juta barel dibanding perkiraan para analis yang hanya turun 100 ribu saja.
"Laporan-laporan itu yang menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak pada perdagangan Rabu ini," jelas analis Again Capital Management, New York, John Kilduff.
Ia melanjutkan, permintaan pada musim panas di AS tak henti-henti dan hal tersebut jelas berpengaruh sangat besar kepada persediaan minyak olahan.
Konsumsi bensin biasanya naik di musim panas dan berkurang di musim gugur, tetapi permintaan tetap kuat di minggu terakhir, diperkirakan 9,5 juta barel per hari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pasokan Dunia
Reuters melaporkan pada 5 September bahwa Arab Saudi ingin harga minyak tetap di antara USD 70 dan USD 80 untuk menjaga keseimbangan antara memaksimalkan pendapatan dan menjaga harga tetap.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen lain termasuk Rusia bertemu pada 23 September di Aljazair untuk membahas bagaimana mengalokasikan peningkatan pasokan dalam kerangka kuota mereka untuk mengimbangi hilangnya pasokan Iran.
Sanksi AS yang mempengaruhi ekspor minyak Iran mulai berlaku pada 4 November dan banyak pembeli telah mengurangi pembelian Iran. Tetapi tidak jelas seberapa mudah produsen lain dapat mengimbangi pasokan yang hilang.
Advertisement