Liputan6.com, Jakarta - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China semakin memanas. Namun, pemerintah China memastikan tidak akan menggunakan mata uangnya sebagai senjata.
Perdana Mentri (PM) China Li Keqiang menyampaikan, China tidak pernah berniat melemahkan mata uangnya untuk membantu eksportir dan tidak akan terlibat dalam bentuk "devaluasi kompetitif" apapun dari nilai tukarnya.
Advertisement
Baca Juga
Pernyataan ini ia sampaikan sehari setelah AS dan China saling berbalas tarif impor yang mulai berlaku pekan depan.
"Depresiasi renminbi secara terus menerus hanya akan merugikan dibanding menguntungkan negara kita," ujar dia saat berpidato di acara World Economic Forum, Tianjin, Cina.
Nilai tukar yuan terhadap dolar AS jatuh sebesar sembilan persen sejak April akibat sentimen perang dagang.
Tuduhan AS
Pada kesempatan yang sama, Li juga menampik spekulasi pemerintah China dengan sengaja depresiasi nilai yuan sekitar delapan persen sejak Maret untuk mengendalikan efek kebijakan tarif AS terhadap produk impor China.
Komentar ini merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Juli lalu yang menuduh China memanipulasi mata uangnya.
"Fluktuasi nilai tukar renminbi belakangan ini dilihat oleh beberapa pihak sebagai tindakan intensional oleh China,” ujar dia. "Ini tentu saja tidak benar," kata dia.
Pemerintah China mengatakan, perang dagang dengan AS yang memanas dan kekhawatiran akan melemahnya ekonomi China berperan terhadap depresiasi nilai yuan ketika bank sentral Amerika The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga. Li menambahkan, China akan berusaha untuk menciptakan kondisi agar yuan tetap stabil. (Felicia Margaretha)
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement