Sukses

Sri Mulyani Minta Pelaku Industri Lihat Perang Dagang Jadi Peluang

Menkeu, Sri Mulyani menuturkan, upaya pemerintah merespons ketidakpastian global dengan bangun komunikasi kepada pelaku industri.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan ketidakpastian global yang kini terjadi merupakan situasi yang tidak bisa dicegah. Oleh sebab itu, ia menyarankan, agar pelaku industri dapat memanfaatkan hal ini sebagai peluang.

"Di dalam konteks ekonomi modern ini adalah hal yang unprecedented. Kami akan selalu merespons ekonomi global ini dengan melakukan pengawasan yang ketat," tutur dia di Gedung Kementerian Keuangan, Jumat (21/9/2018).

Sri Mulyani menjelaskan, salah satu upaya pemerintah untuk merespons ketidakpastian global itu adalah dengan membangun komunikasi kepada pelaku industri. Itu khususnya mendengar apa yang mereka butuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

"Pemerintah akan berkomunikasi kepada pelaku usaha agar kemudian, bagaimana situasi global ini menjadi opportunity bagi mereka. Seperti apa yang mereka butuhkan dan kesempatan apa yang ada," ujar dia.

Pada kesempatan ini, Sri Mulyani menyoroti bagaimana perang dagang yang tengah memanas dapat bermanfaat kepada pelaku industri. Kata dia, situasi global yang ada, justru harus dioptimalkan sebagai kesempatan.

"Apakah investasi di bidang manufaktur di luar China ini bisa menjadi pilihan. Kita akan terus dorong kepada para pelaku usaha agar kemudian melihat situasi ini sebagai kesempatan," ungkap dia.

"Dan tentunya kita juga akan terus mengevaluasi kepada instrumen-instrumen yang ada untuk menjaga APBN kita supaya tetap sehat, kuat, dan kredibel," tambah dia. 

 

 

2 dari 2 halaman

Perang Dagang AS-China Mereda, Rupiah Kembali Menguat

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memastikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan stabil ke depan. Hal ini didorong perang dagang AS dan China yang mereda.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa perkembangan nilai tukar rupiah akan stabil, bahkan ada kecenderungan menguat terhadap Dolar AS. Kondisi itu didorong oleh beberapa faktor yang berhasil mendukung penguatan rupiah.

"Stabilnya nilai tukar itu pertama, bahwa risiko di pasar keuangan global itu mereda, baik yang terkait ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China maupun pasar keuangan," kata Perry di Kompleks gedung BI, Jumat 21 September 2018.

Dia mengungkapkan, saat ini investor global sudah melihat kondisi perang dagang akan berdampak buruk pada ekonomi AS. Oleh sebab itu, investor mulai menarik investasinya dari negeri Paman Sam dan mulai menanamkannya kembali ke negara-negara berkembang.

"Perang dagang ini tidak baik untuk ekonomi AS sehingga mereka lihat mulai menginvestasikan ke berbagai negara emerging market," ujar dia.

Indonesia menjadi salah satu negara yang kembali mendapat suntikan investasi. Bahkan arus modal masuk sudah mulai kembali ke Indonesia sebelum insiden krisis keuangan melanda Turki.

"Arus modal asing masuk ke Indonesia sebelum krisis Turki sudah masuk," ujar dia.

Faktor kedua, ia menuturkan, adalah kepercayaan investor dalam negeri maupun global juga sudah kembali seiring kebijakan-kebijakan yang sudah diambil BI selaku otoritas moneter.

"Confident investor domestik maupun global terhadap langkah kebijakan BI cukup kuat kalau ke investor besar Singapura, London, New York, mereka confident ke ekonomi itu kuat, kebijakan moneter preemtive pendalaman pasar valas yang dilakukan, langkah konkret pemerintah untuk turunkan CAD ini kredibel," kata dia.

Dia menuturkan, Indonesia dipandang memiliki prospek yang baik dan dibedakan dengan sejumlah negara emerging market. Perry juga memberi apresiasi pada pemerintah.

"Dalam kesempatan ini terima kasih ke pemerintah," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â