Sukses

Buwas: Penyerapan Beras Bulog Cuma 800 Ribu Ton? Jangan Ngarang

Masih ada 11 bahan pokok pangan selain beras yang juga harus diperhatikan penyalurannya kepada masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) kembali mewanti-wanti banyak pihak agar tidak mempermainkan data soal penyerapan beras. Peringatan itu dilontarkan karena ada yang menyebutkan bahwa Perum Bulog hanya bisa menyediakan beras sebesar 800 ribu ton bila tak melakukan impor.

"Jangan salah kalau bicara data. Sekarang penyerapan (beras) 1,4 juta ton, bukan 800 ribu ton. Jadi jangan ngarang-ngarang kalau enggak tahu, mending enggak usah ngomong, itu mengacau," tukas dia di Menara Kadin, Jakarta, Senin (24/9/2018).

Menurutnya, data pangan seperti pengadaan beras memang cenderung rentan dipermainkan jelang memasuki tahun politik. Oleh karena itu, Buwas mengajak berbagai instansi pemerintahan untuk mau berkoordinasi menjaga ketahanan pangan nasional.

Dia juga meminta lembaga-lembaga terkait seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) agar mau terlibat dalam perkara ini.

"Jadi jangan enggak, kita harus koordinasi. Kalau bisa menarik ahli-ahli dari Kadin, ini kan bagus untuk menumbuhkan kekuatan pangan negara," ujar dia.

Buwas menekankan, pemerintah jangan hanya berfokus kepada pengadaan beras saja. Sebab, lanjutnya, masih ada 11 bahan pokok pangan lain yang juga harus diperhatikan penyalurannya kepada masyarakat.

"Bicara kewenangan Bulog, kita juga punya tanggung jawab terhadap pengadaan 11 bahan pokok pangan, termasuk jagung, kedelai, minyak goreng, tepung, daging (sapi) dan ayam. Itu harus diperhatikan, soalnya hari ini enggak jalan," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Istana: Indonesia Masih Perlu Impor Beras

Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan, Indonesia masih perlu impor beras. Sebab, kebutuhan beras untuk seluruh wilayah sangat besar, yaitu 2,4 juta ton per bulan.

"Kita bisa berhitung bahwa kebutuhan beras nasional kita itu 2,4 juta ton per bulan. Secara realistis, kita memang masih perlu impor. Jadi kalau sudah, oh ini bahaya, mepet, harus ada upaya-upaya untuk impor. Jadi kita tidak boleh mengatakan 'tidak impor', enggak," kata Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/9/2018).

Dia mengatakan, produksi beras nasional belum bisa mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat. Selain karena faktor cuaca yang kurang mendukung, minimnya lahan menjadi penyebab produksi dalam negeri tidak maksimal.

"Yang pertama memang ada penyusutan lahan, data terakhir kemarin 24 persen. Jadi memang secara alami ada penyusutan karena ada pembangunan jalan tol, kawasan-kawasan industri yang dibuka, sehingga mengurangi tanah-tanah itu," ujar Moeldoko.

Namun, dia memastikan pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi beras dalam negeri selain melakukan impor beras. Satu di antaranya dengan membuka lahan pertanian di luar Jawa.

"Pemerintah juga melalui Mentan melakukan usaha-usaha, yang pertama usaha membuka lahan di luar Jawa, yang kedua melalui intensifikasi. Jadi ditingkatkan. Makanya kita mengenal tiada hari tanpa panen. Itu terus berjalan," ucap Moeldoko.