Sukses

Rupiah Tertekan Rencana Kenaikan Suku Bunga The Fed

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.930 per dolar AS hingga 14.944 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadsap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini. Ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menjadi pendorong penguatan dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (26/9/2018), rupiah dibuka di angka 14.944 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.917 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.930 per dolar AS hingga 14.944 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 10,19 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.938 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.893 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajamen Lana Ssoelistianingsih mengatakan, ekspektasi terhadap kebijakan The Fed menaikkan suku bunga di pertemuan FOMC pada 25-26 September ini cukup tinggi direspons pelaku pasar untuk mengakumulasi dolar AS.

"Pasar masih bereaksi sehingga membuat dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia. Suku bunga The Fed diperkirakan naik 25 bps sehingga menjadi 2,25 persen," katanya seperti dikutip dari Antara.

Pada 2018 ini, lanjut dia, pasar masih memperkirakan ada satu kali kenaikan lagi kemungkinan di pertemuan November atau Desember.

Ia menambahkan, begitupun dengan imbal hasil dari obligasi Amerika Serikat. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun tercatat naik 28 basis poin (bps) menjadi 3,09 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Dolar AS Diuntungkan

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, menambahkan dolar AS mendapat manfaat dari pandangan hawkish pasar seiring proyeksi kenaikan suku bunga The Fed pada September ini.

"Mata uang negara berkembang cenderung mendapatkan tekanan dari dolar AS di tengah proyeksi kenaikan suku bunga The Fed," katanya.