Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen pada Rabu (26/9/2018). The Fed juga memprediksi ekonomi AS bakal terus tumbuh dalam tiga tahun ke depan dan mengakhir era suku bunga rendah.
Dilansir dari Reuters, Kamis (27/9/2018), The Fed tercatat sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan sepanjang tahun ini. Kenaikan ini akan menempatkan suku bunga pinjaman naik menjadi 3,4 persen.
The Fed menyatakan telah mengakhiri era kebijakan moneter yang akomodatif dan masih menaikkan suku bunga pada Desember mendatang. Tak hanya itu, suku bunga acuan akan naik tiga kali lagi pada tahun depan, dan satu peningkatan pada tahun 2020.
Advertisement
Baca Juga
"Hal yang orang-orang perhatikan, yang mereka lakukan dan lakukan, adalah menghapus kata 'akomodatif' sehubungan dengan kebijakan moneter mereka," kata Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors.
"Ini tampaknya berpotensi mengindikasikan bahwa mereka percaya kebijakan moneter menjadi kurang akomodatif dan semakin mengarah ke tingkat netral."
Sikap The Fed memperketat kebijakan ini diprediksi akan berlanjut hingga tiga tahun ke depan. Dolar AS melemah terhadap euro setelah rilis pernyataan kebijakan, kurva imbal hasil obligasi AS datar dan pasar saham naik.
The Fed melihat pertumbuhan ekonomi pada 3,1 persen lebih cepat dari perkiraan tahun ini dan terus berkembang cukup untuk setidaknya dalam tiga tahun depan, di tengah rendahnya angka pengangguran dan inflasi yang stabil di dekat target 2 persen.
"Pasar tenaga kerja terus menguat ... aktivitas ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat," kata The Fed dalam pernyataannya.
Bos LPS Prediksi Suku Bunga BI Kembali Naik
Ketua Dewan Komisoner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), Halim Alamsyah memprediksi Bank Indonesia akan kembali menaikan suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) mendatang. Langkah itu diambil BI untuk menjaga stabilitas sektor keuangan dengan menyesuaikan kondisi global.
Diketahui, beberapa analis termasuk BI memprediksi bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan kembali hingga 2019. Adapun suku bunga The Fed saat ini berada pada angka 2 persen.
"Karena BI pasti akan merespon subung (suku bunga) itu, berdasarkan target inflasi, mereka sudah umumkan seperti itu. Sekarang kondisinya berubah, karena skerang terutama Amerika Serikat, Eropa sudah mulai (menaikan suku bunga). Jepang masih belum dan beberapa negara lain mengehntikan quantitative easing-nya," kata Halim saat ditemui di Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Halim menjelaskan, dengan adanya pelonggaran quantitative easing dari berberapa negara tersebut, maka berdampak pada kenaikan suku bunga yang diawali oleh The Fed. Apabila kondisi itu berjalan, maka mau tidak mau Indonesia pun harus menyesuaikan kenaikan suku bunga The Fed.
"Nah ketika itu terjadi subung kita harus naikkan mengikuti The Fed, KUR kita terpaksa melemah. Karena uang yang tadi masuk ke Indonesia, itu kembali lagi ke negara lain," imbuhnya.
"Akibatnya likuditas berkurang sementara kebutuhan likuiditas Indonesia masih tinggi karena pembangunan kita butuh banyak dana, ini yang terjadi," tambah Halim.
Oleh karena itu, BI sendiri berusaha mengimbangi agar penarikan dana keluar negeri tidak menganggu stabilas ekonomi dalam negeri. Sementara LPS akan memantau apakah ada pergerakan dana pihak ketiga (capital outflow) dari bank-bank yang pindah keluar negeri.
"Sejauh ini berdasarkan pantauan kami tidak ada gerakan yang luar biasa. Biasa ada nasabah pindah dari satu bank ke bank lain, menafaatkan subung yang lebih tinggi itu biasa," jelasnya.
Diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,50 persen.
Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dan Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.
Kenaikan ini merupakan yang keempat kali sepanjang tahun berjalan 2018. Sebelumnya BI menahan suku bunga acuan di posisi 5,25 persen pada Juli. BI sudah menaikkan suku bunga acuan pada Mei dan Juni dengan total kenaikan 100 bps.
Advertisement