Sukses

Investor Antisipasi Suku Bunga The Fed Naik, Rupiah Mampu Menguat

Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen.

Kenaikan suku bunga ini ternyata tidak membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali terkapar.  Mengutip data Bloomberg, rupiah pagi ini dibuka di level 14.920 atau sempat melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin di 14.910 per dolar AS.

Namun, usai pembukaan rupiah langsung bergerak menguat. Saat ini, rupiah berada di level 14.899 per dolar AS. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan penguatan rupiah ini karena pasar sudah prediksi kenaikan suku bunga bank sentral AS.

Selain itu, pasar juga sudah prediksi langkah yang akan diambil oleh Bank Indonesia merespon kenaikan suku bunga AS. 

"Karena memang sudah diprediksi orang apa yang akan terjadi, di AS itu. Sama kemudian respons yang disiapkan oleh BI dan pemerintah," ujar Darmin singkat di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan pemerintah secara terus menerus telah mengkomunikasikan kepada pasar kondisi ekonomi dalam negeri saat ini cukup kuat menghadapi perubahan suku bunga bank sentral AS atau the Fed. 

"Kita sudah komunikasi secara terus menerus, bahwa perubahan policy The Fed akan datang. Akan terjadi. Kemudian kita juga mengkomunikasikan kepada perekonomian APBN kita yang sangat sehat," kata dia.

Sri Mulyani mengatakan, ekonomi Indonesia cukup fleksibel, lentur dan kuat untuk menghadapi perubahan kondisi ekonomi global tanpa harus mengakibatkan seluruh ekonomi dalam negeri mengalami perubahan yang cukup drastis.

"Perubahan di luar perekonomian,  bukan kita yang mengontrol tapi Federal Reserve. Tapi perekonomian Indonesia cukup fleksibel, lentur dan cukup memiliki daya tahan resilience untuk mengabsorp perubahan itu tanpa harus menyebabkan seluruh kegiatan ekonomi kemudian mengalami perubahan yang sangat drastis," tutur dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka

2 dari 2 halaman

The Fed Dongkrak Suku Bunga

Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen pada Rabu 26 September 2018.

The Fed juga memprediksi ekonomi AS bakal terus tumbuh dalam tiga tahun ke depan dan mengakhiri era suku bunga rendah. Dilansir dari Reuters, Kamis 27 September 2018, The Fed  tercatat sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan sepanjang tahun ini. Kenaikan ini akan menempatkan suku bunga pinjaman naik menjadi 3,4 persen.

The Fed menyatakan telah mengakhiri era kebijakan moneter yang akomodatif dan masih menaikkan suku bunga pada Desember mendatang. Tak hanya itu, suku bunga acuan akan naik tiga kali lagi pada tahun depan, dan satu peningkatan pada 2020.

"Hal yang orang-orang perhatikan, yang mereka lakukan dan lakukan, adalah menghapus kata 'akomodatif' sehubungan dengan kebijakan moneter mereka," kata Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors.

"Ini tampaknya berpotensi mengindikasikan bahwa mereka percaya kebijakan moneter menjadi kurang akomodatif dan semakin mengarah ke tingkat netral."

Sikap The Fed memperketat kebijakan ini diprediksi akan berlanjut hingga tiga tahun ke depan. Dolar AS melemah terhadap euro setelah rilis pernyataan kebijakan, kurva imbal hasil obligasi AS datar dan pasar saham naik.

The Fed melihat pertumbuhan ekonomi pada 3,1 persen lebih cepat dari perkiraan tahun ini dan terus berkembang cukup untuk setidaknya dalam tiga tahun depan, di tengah rendahnya angka pengangguran dan inflasi yang stabil di dekat target 2 persen.

"Pasar tenaga kerja terus menguat ... aktivitas ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat," kata The Fed dalam pernyataannya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Â