Liputan6.com, Jakarta Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbisnis di sektor minyak dan gas, PT Pertamina (Persero) tidak hanya berorientasi mengejar keuntungan namun harus berperan sebagai agen pembangunan yang memberikan kebaikan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, sebagai agen pembangunan, Pertamina tak hanya mendapatkan mandat untuk menyalurkan solar bersubsidi.
Pemerintah juga menugaskan Pertamina untuk menyalurkan premium nonsubsidi, dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Kini, premium wajib disediakan di wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali).
Advertisement
Baca Juga
Kemudian Pertamina juga ditugaskan untuk menjalankan program BBM Satu Harga yang berfokus pada daerah Kalimantan Utara dan Papua, tanpa ada subsidi dalam pendistribusiannya.
"Alhasil, biaya operasional Pertamina jadi naik. Untuk BBM Satu Harga, yang berat itu memang distribusinya. Apalagi, untuk wilayah-wilayah di daerah Papua. Tapi kenyataannya Pertamina bisa melakukan dengan baik, dan yang perlu dilihat bagaimana manfaatnya terhadap masyarakat,” jelas dia.
"Ini memang program pemerintah mengurangi disparitas harga BBM. Jadi dahulu kalau pernah dengar seperti di Yahukimo, Papua, satu liter BBM seharga Rp50 ribu-Rp60 ribu. Padahal harga di sini Rp 6.500 per liter," tambah dia.
Harry menegaskan, meski terbilang tidak mudah namun Pertamina sudah menjalankan program BBM Satu Harga dengan baik.
Sampai dengan Agustus 2018, Pertamina telah merealisasikan BBM Satu Harga di 66 titik sampai dengan awal Agustus 2018.
Ke-66 titik tersebut, terdiri dari 54 titik yang direalisasikan pada tahun 2017 dan 12 titik progres realisasi tahun 2018.
Target
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito menyatakan, target BBM satu harga tahun 2018 yang diemban Pertamina sebanyak 67 titik.
Pada tahapan tahun ke-2 ini, beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan harga BBM yang sama, yakni lokasi yang ditetapkan pemerintah merupakan wilayah dengan infrastruktur darat dan laut terbatas.
Tahun ini 12 titik yang sudah terealisasi yakni di Sei Menggaris, Nunukan, Kalimantan Utara; Liang, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah; Banggai Tengah, Banggai Laut, Sulawesi Tengah; Distrik Prime, Lanny Jaya, Papua; Wawonii Barat, Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara; Tagulandang.
Kemudian Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara; Distrik Fayit, Asmat, Papua; Gido, Nias, Sumatera Utara; Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara; Kep. Sula, Maluku Utara; Belantikan Raya, Lamandau, Kalimantan Tengah; dan Kecamatan Sungai Boh, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
“Kami targetkan sampai akhir tahun 67 titik akan terealisasi, sehingga upaya Pertamina mewujudkan energi berkeadilan sesuai program pemerintah,” kata Adiatma.
Tonton Video Menarik Ini:
Advertisement