Liputan6.com, Jakarta Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.
Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,00 persen dan Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50 persen.
Advertisement
Baca Juga
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, kenaikan suku bunga acuan bank sentral ini bakal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, stabilisasi nilai tukar saat ini masih merupakan faktor yang utama.
"Iya, yang pertama itu ditempuh karena memang The Fed juga menaikkan bunganya. Kalau enggak, ya kita akan tertekan lagi tertekan lagi. Kalau sudah harus memilih antara stability dengan growth, ya kalau stability-nya terancam ya stabilitynya dulu yang diurusin," ujar Menko Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat (28/9/2018).
Menko Darmin mengatakan, saat ini Indonesia memang tengah memasuki era suku bunga tinggi. Hal ini seiring dengan kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan dalam beberapa bulan terakhir.
"Sementara kenaikan tingkat bunga, ya walaupun tidak otomatis 1:1 menaikkan lending rate, pasti akan ada pengaruhnya. Artinya, kita sedang masuk dalam situasi tingkat bunganya sedikit lebih tinggi. Ya apa boleh buat," katanya.
Pemerintah, kata Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut, akan terus berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan agar investasi di Indonesia tetap menarik. Satu hal yang akan dikaji ke depan adalah perluasan pemberian insentif pajak seperti tax allowance dan tax holiday.
"Apakah itu akan mempengaruhi ekonomi? Ada juga pengaruhnya. Kalau dibilang enggak ada, ya ada lah. Tapi ya kan ada yang murni keputusan market, tapi ada juga investasi itu dorongan pemerintah. Jadi apakah akan berpengaruh besar? Tergantung, pemerintah bisa mendorong juga nggak dari segi yang lain," tandasnya.
Reporter: Anggun P Situmorang
Sumber:Â Merdeka.com
BI Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi RI di 2018 Tercapai
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan konsumsi rumah tangga di Indonesia tetap kuat didukung oleh perbaikan pendapatan dan belanja pemilu. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, Investasi diperkirakan juga masih tumbuh cukup tinggi ditopang baik investasi bangunan, terkait proyek infrastruktur dan properti, maupun investasi nonbangunan.
Baca Juga
"Namun, kenaikan pertumbuhan ekspor diperkirakan masih terbatas seiring ekspor pertanian yang masih lemah," kata Perry di kantornya, Kamis (27/9/2018).
Sedangkan ekspor manufaktur membaik didukung subsektor kimia serta besi dan baja.
Sementara itu, impor tetap tinggi dipengaruhi permintaan domestik yang tetap kuat, termasuk investasi yang mendorong impor barang modal tetap tinggi.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 diperkirakan masih dalam kisaran 5,0-5,4 persen dan akan meningkat menjadi 5,1-5,5 persen pada tahun 2019," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber:Â Merdeka.com
Advertisement