Sukses

Tarif Lebih Mahal Bikin Angkutan Barang Kereta Kurang Diminati

Banyak faktor yang menjadikan angkutan barang menggunakan kereta api lebih mahal.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah menggalakkan pemindahan angkutan barang dari truk ke moda transportasi lain, salah satunya kereta api. Hanya saja, angkutan menggunakan kereta api ini dianggap pengusaha masih kurang efisien. 

Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik, Multimoda dan Keselamatan Perhubungan Kementerian Perhubungan Cris Kuntadi mengatakan kurang kompetitifnya angkutan barang menggunakan kereta api dikarenakan harganya yang masih lebih tinggi dibandingkan menggunakan truk.

Banyak faktor yang menjadikan angkutan barang menggunakan kereta api lebih mahal, seperti tidak door to door hingga adanya kebijakan pengenaan PPN 10 persen dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Makanya untuk itu saya minta KAI itu usulkan pembahasan mengenai penghapusan PPN ini ke Kementerian Keuangan. Nanti juga akan kita bantu usulkan melalui Kementerian Perhubungan," kata Cris di Hotel Borobudur, Selasa (2/10/2018).

Penghapusan PPN ini diklaim memiliki efek ganda yang lebih besar ketimbang hanya menyumbang penerimaan negara dari tarif 10 persen tersebut. Terbukti biaya perbaikan jalan akibat banyaknya truk yang kelebihan beban dan dimensi cukup besar dan potensi kecelakaan yang cukup tinggi.

Tidak hanya itu, Cris juga meminta KAI untuk menghitung kembali real cost pengiriman barang ke berbagai tujuan. Dengan demikian, nantinya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi regulator dalam memberikan subsidi kepada angkutan barang kereta api ini. Hanya saja, catatannya jika bianya benar-benar tidak kompetitif.

"Jadi kita harapkan sampai akhir 2018 ini porsi kereta api dalam pengangkutan angkutan barang ini minimal bisa sampai 1 persen. Saat ini kecil sekali, hanya 0,6 persen," ucap pria yang juga sebagai Komisaris KAI itu.

Sementara itu dari sisi pengusaha truk, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengaku saat ini biaya angkut barang malui kereta api lebih mahal 10-15 persen.

"Sebenarnya sederhana, selama harga angkutan kereta lebih mahal dari truk itu tidak akan dipilih. Jadi kereta api butuh dukungan pemerintah supaya bisa membuat harga bersiang dengan truk," tegasnya.

Tidak hanya itu, Kyat juga mengusulkan kepada KAI untuk terus berinovasi dalam hal pelayanan angkutan barang ini. Dia bermimpi angkutan barang menggunakan kereta api di Indonesia sama dengan di eropa, dimana kereta api tidak hanya mengangkut kontainer, melainkan sekaligus truk pengangkutnya.

 

 

 

* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Kitabisa.com mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.

 

 

Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.

2 dari 2 halaman

Tantangan KAI

Di sisi lain, Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengaku memang yang menjadi tantangan KAI untuk meningkatkan daya tarik angkutan barang melalui kereta api ini adalah perlu adanya sinergi dengan berbagai pihak, mulai dari regulator hingga ke pengusaha truk sebagai konsumen.

"Saya berharap sinergi dan kolaborasi bisa terjadi yang selama ini kita harapkan bersama," tegas Edi.

Meski begitu, KAI tetap mentargetkan peningkatan jumlah angkutan barang. Tahun 2016 KAI telah mengangkut 32,4 juta ton, 2017 sebesar 40,1 juta ton dan 2018 ditargetkan 47,2 juta ton.

Pada tahun inipun KAI telah memprogramkan pengadaan gerbong datar sebanyak 278 gerbong. Pengadaan baru ini sekaligus meningkatkan volume angkut yang dimiliki KAI.

"Sekain itu kiya juga ada pengadaan lokomotif khusus untuk barang, jumlahnya 19 unit dan sedang proses" Edi menambahkan.

Adapun dalam pengadaan lokomotif ini, KAI telah menganggarkan per lokomotrif sebesar Rp 35 miliar.

Dengan berbagai upaya ini, ditargetkan porsi angkutan barang ke pendapatan perusahaan bisa mencapai 50 persen bahkan lebih dalam satu hingga dua tahun ke depan.